Chapter 171 - Patahkan Ginjal (1/2)
Di pekarangan rumah.
Rinto yang baru saja selesai memindahkan semua barang-barang yang akan mereka bagikan segera menuju ketempat Adora yang sedang mengambil beberapa piring yang berserahkan dimana-mana karena telah selesai digunakan.
”Dimana Alisya dan Adith? aku tak melihat mereka sejak tadi!”Rinto melihat sekeliling mencari keduanya.
Adora yang baru saja mendongak ingin menjawab sudah disambar oleh Gani yang datang langsung mengambil segelas air minum dan menghabiskannya dalam satu tarikan nafas.
”Mereka berada disebelah, mereka sedang bergulat dengan para anak-anak! Anak kecil memiliki tenaga monster, mereka seolah tak pernah lelah! Perangkat keras apa yang mereka tanamkan disetiap ototnya?” Gani terduduk melepas lelahnya membantu Adith dan Alisya mengatur para anak-anak.
”Kau bisa membunuh dirimu jika minum seperti itu bodoh!!!” pukul Adora dibahu Gani memperingatkan dirinya.
”Kata ayahku mereka itu adalah malaikat-malaikat syurga, tanpa tawa mereka maka syurga akan terasa hampa!”Ucap Emi dengan senyuman manis menghampiri mereka.
”Benarkah? kalau begitu pas, kita sedang membutuhkan tenaga lebih!” ucap Gani menarik Emi tanpa memperdulikan usahanya menolak.
”Bukan, bukan itu maksud aku!!!” Emi terus saja berusaha melarikan diri namun kerah baju belakangnya sudah digenggam erat oleh Gani. Dengan tetap menjaga keseimbangan Emi, Gani terus saja menarik Emi menuju ketempat Adith dan Alisya yang sedang kerepotan.
”Syukurlah aku tak mengatakan apa-apa!” wajah tegang Rinto melihat Gani menarik Emi dengan penuh semangat membuat Adora tertawa pelan.
”hahahaha... aku rasa sebentar lagi giliranmu akan tiba!” Adora tertawa dengan renyah tak sadar kalau ada yang sedang menatapnya tajam.
”Kamu kak Adora kan?” Tanya Zizy dengan tatapan tajam kepada Adora.
”Iya dek, ada apa?” Adora melirik kearah gadis kecil yang ia taksir baru saja masuk kesekolah menengah pertama.
”Ohh... jadi kakak yang suka sama abang Zein?” ucapnya dengan tatapan tajam. Kalimatnya membuat Adora menelan liur dengan susah payah.
”Ummm... sepertinya giliranku sudah lewat!” Gumam Rinto menatap menyelidik kearah Zizy. Baru kali itu dia melihat adik Zein secara langsung dan dilihat dari wajah memandang Adora, sepertinya anak ini memiliki kekuasaan yang cukup untuk menundukkan Adora.
”Dari mana kamu tahu?” Adora masih berusaha tersenyum manis meladeni adek Zein yang sangat jutek.
”Woww.. Bahkan sikap adeknya lebih ganas dari pada Zein! Bisik Rinto kepada Adora yang sudah panas dingin dibuatnya.
”Tadi kak Feby bilang kalau kak Adora itu suka sama abang Zein. Tapi kakak tidak cantik, body kakak krempeng, dadanya rata lagi.” Setiap kata yang diucapkan oleh anak itu membuat ribuan pacul memukul keras kepala Adora.
”Akan ku patahkan ginjal anak itu!!! Buat apa juga dia menceritakan hal seperti ini pada anak kecil?” Batin Adora mengutuk pedas Feby.
Tanpa alasan yang jelas Feby merasakan rasa dingin yang menyetrum seluruh tubuhnya dengan hebat. Tubuhnya yang bergetar membuatnya bingung karena ia sedang berhadapan dengan bara api membakar beberapa daging untuk menu makan mereka ditemani Gina dan Beni.
”Kamu kenapa Feby? mau pipis?” tanya Gina melihat tubuh bergetar Feby.
”Apa tubuh bergetar itu artinya kita mau pipis???”. Feby menarik bibir Gina yang berbicara terlalu keras dihadapan Beni.