Chapter 106 - Janji kepalsuan (1/2)
”My Beloved Quenby” Tulis ibu Alisya pada bagian pojok atas kertas yang bagian sampingnya terdapat tanggal sehari sebelum kematian ibunya.
Alisya merasa sangat sesak melihat tanggal itu karena ternyata surat ini ia tulis untuk pertama dan terakhir kalinya sebelum ia pergi untuk selama-lamanya meninggalkan dirinya. Alisya memeluk surat itu dengan sangat erat didadanya merasakan kerinduan yang teramat mendalam karena paanggilan Queenby yang kini sudah tak didengarnya lagi.
”Quenbyku sayang, jika kamu membuka surat ini itu artinya kamu sudah cukup dewasa untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya mengenai Bapakmu. Harus kau tau sayang, Bapakmu sangat mencintai kamu sepenuh hati bahkan rela mempertaruhkan nyawanya demi dirimu. Bahkan jika kau harus membencinya. Karena Bapakmu yang mendapatkan promosi jabatan sebagai komandan satuan khusus, Bapakmu mendapatkan banyak sekali tekanan baik dari dalam maupun dari luar. Terlebih saat mereka menargetkan dirimu sebagai ancaman.” Alisya membersihkan air mata yang menggenang menutupi penglihatannya.
”Bapakmu yang sangat rapuh terhadapmu pada akhirnya memilih melatihmu dengan sangat keras agar kau bisa melindungi diri sendiri juga melindungi mama. mama juga memiliki banyak sekali musuh karena sebelum bertemu dengan bapakmu, mama adalah ketua kelompok geng Yakuza dibawah pengawasan kakekmu. Oleh karena itulah keberadaan dirimu disembunyikan” Alisya melihat foto ibunya yang sedang berdiri dengan sangat anggun ditengah gerombolan pria yang sangat menyeramkan.
”Bapakmu harus menangis secara sembunyi-sembunyi tiap kali ia membentakmu dengan sangat keras saat melakukan pelatihan yang dibantu oleh kakemu. Hatinya sangat pedih saat kau menatapnya dengan penuh kebencian kepadanya, begitupula apa yang dirasakan oleh kakekmu. Bapakmu berkata bahwa kebencianmu adalah kekuatanmu dan karena itulah semakin besar kebencianmu kepada bapakmu maka kamu berkembang dengan sangat pesat bahkan melebihi kemampuan rata-rata orang dewasa pada umumnya. Kemampuanmu hampir setara dengan seorang anggota pertama pasukan khusus pertahanan negara!” Alisya mengenggam erat suart dari tangannya merasakan seolah ada sebuah batu besar sedang menghalangi tenggorokannya sehingga ia dengan susah payah menelan liurnya.
”Untuk itu sayang, janganlah kau membenci Bapakmu dengan begitu besar karena dia sangat mencintaimu dengan sepenuh hati, kami sangat mencintaimu Qeunbyku sayang, Nenekmu mencintaimu, begitu pula kakekmu yang sangat memanjakan mu sebagai cucu semata wayangnya. Semoga kamu tidak terpukul dan bersedia memaafkan semua kesalahan Bapak dan kakekmu. Aku mencintaimu selamanya sayang!” Tutup ibunya dengan penambahan tanda bibir pada akhir kalimatnya.
Alisya bernafas dengan sangat berat. Semua kenangan tentang Ayahnya perlahan mulai terlintas memenuhi kepalanya membuatnya oleng dan bersandar ke sofa. penglihatannya mulai buram dengan jam ditangannya yang berbunyi dengan sangat keras.
****
”Terimakasih, berkatmu saya bisa bertemu dengan Alisya meski saya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Tapi ketika mengatakan bagaimana perasaanku terhadapnya sebagai seorang ayah sudah sangat berharga bagiku” Ayah Alisya mengucapkan rasa syukur dengan sangat tulus.
”Nak Adith, saya titipkan Alisya padamu. Jaga dan lindungi dia sepenuh hati, dan.... oh iya. Kamu belum dibolehkahkan untuk berbuat yang macam-macam pada Alisya!” ucap ayah Alisya dengan santai namun tegas.
”Bujan hanya wajah, gaya bicara serta pembawaan mereka sangat mirip sekali. Terlebih saat dia mengancam dengan penuh senyuman itu. Sangat mirip!!! sungguh benar Ayah dan anak. ” Adith membartin tersenyum canggung kepada Ayah Alisya.
”Tentu saja Om, om bisa....” kalimat Adith terhenti karena Ayah Alisya sudah menepuk keras pundanknya.