Chapter 93 - Mode Killer On (1/2)
Adith membaringkan Alisya di tempat tidur kemudian keluar menunggu nenek Alisya mengganti pakaian Alisya dengan pakaian kering dan menghangatkan ruangan untuknya.
”Masuklah dan mandilah air panas agar tubuhmu lebih hangat, setelah itu keringkan tubuhmu dan pakai baju yang sudah aku sediakan!” nenek Alisya langsung mengarahkan Adith masuk kedalam satu kamar kosong yang mana air di kamar mandi sudah ia panaskan serta di atas ranjang sudah tersedia pakaian untuk Adith.
”Tapi aku masih harus menjelaskan semua tentang Alisya!” Adith berbicara setengah menggigil karena pakaiannya yang masih basah.
”Itu tidak penting sekarang, kamu akan sakit jika masih berlama-lama dengan pakaianmu yang basah! jadi sekarang uruslah dirimu sediri terlebih dahulu” nenek Alisya mendorong Adith masuk kedalam kamar dan menutupnya dari luar.
Pasrah dengan permintaan neneknya, Adith dengan segera berjalan masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan diri serta membungkus dirinya dengan handuk tebal yang hangat lalu kemudian berganti pakaian.
”Sepertinya ini pakaian ayah Alisya, tak kusangka pakaian ini cukup pas dengan tubuhku!” Adith melihat dirinya dicermin memuji tubuh tegapnya lalu berbaring sebentar di kasur.
Adith merasa lelah dengan segala hal yang sudah terjadi, tak disangka kalau Alisya bisa menghadapi berbagai macam situasi menegangkan yang mengancam nyawa seperti tadi. Baru kali itu ia berurusan dengan senjata namun Adith sudah merasakan ketakutan yang cukup hebat. Adith tak bisa membayangkan bagaimana Alisya bisa dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa.
”Bukannya Karin dan ayah Karin pernah berkata kalau Alisya akan melupakan semua hal yang terjadi ketika dia mendapatkan tekanan yang sangat besar. Tapi ketika melihat reaksi Alisya tadi, itu artinya dia sebenarnya mengingat semuanya tapi dia memilih untuk bersikap seolah-olah melupakannya untuk membuat orang lain melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan!” Adith bertengkar dengan pemikirannya sendiri sambil menatap langit-langit kamar yang memiliki penghangat ruangan tersebut.
”Kau benar-benar sesuatu Alisya” Suaranya menghilang seiring dengan kesadarannya yang sudah mulai berlayar di alam mimpi. Adith akhirnya tertidur setelah semua pertengkaran dan konflik yang ada dalam kepalanya.
***
Alisya bangun dengan kepala yang sedikit pening akibat hujan dan tangisan yang menjadi-jadi semalam. Dengan berat ia melangkah pergi menuju ke luar kamarnya mencari kotak P3K mengambil obat untuk sekedar meringankan rasa sakit dikepalanya.
”Setengah 6 pagi, masih ada waktu. Aku tak perlu bergegas ke sekolah!” Alisya bersuara serak memijit-mijit kepalanya pelan.
”Kamu sakit kepala???” Adith bertanya dengan suara ngos-ngosan mengagetkan Alisya.
”Apa yang kau lakukan dirumahku???” susah payah Alisya menelan ludahnya.