Chapter 482 - 482. Huwa.. Papa Mesum..! (1/2)
”Azell. Jawab pertanyaan Papa. Apa yang sudah Mamamu lakukan di luar sana? Mengapa kamu sampai menyembunyikan hal ini dari Papa”. Cecar Ludius.
”Hustt.. jangan terlalu kasar pada Azell, Ludius. Sudah cukup dia di perlakukan seperti itu oleh Mamanya. Jangan sampai kamu juga melakukan itu pada Azell. Pelan – pelan saja tanyanya, Ludius”. sergah Silvia. ia memegang tangan Ludius untuk mengontrol emosi suaminya.
”Baiklah. Tapi Sayang, kita harus tahu apa yang di lakukan Shashuang itu sampai anaknya saja berbuat sejauh ini. Aku hanya khawatir ini akan berdampak tidak baik ke depannya bagi psikis Azell jika terus di diamkan kelakuan Shashuang”. Ludius meninggikan nada intonasinya, membuat mereka dalam sekejap seperti sedang dalam kondisi bertengkar.
”Papa.. cukup! jangan bertengkar dengan Bunda hanya karena hal ini. Biar aku beri tahu apa yang terjadi.”
”Pintar. Ingat Azell, Papa melakukan ini untuk kebaikan Mamamu juga. Papa hanya tidak ingin terjadi apapun padamu”.
”Jadi begini Pa. Azell kan selalu memasang alat pelacak di ponsel Mama serta cctv kecil di tas Mama. Dan beberapa hari yang lalu, sekitar jam 21.00 malam Azell tidak sengaja melihat rekaman langsung yang terhubung dengan laptop Azell dan melihat Mama memasuki tempat, mungkin itu sejenis bar atau club malam. Di sana Mama sedang menemuii seorang pria yang menurut Azell dari penampilan dan sikapnya bukanlah orang baik. Percakapan mereka cukup lama sampai satu jam lamanya, ketika mama akan meninggallkan tempat tersebut pria yang Mama temui malah memaksa Mama. Saat itu karena Azell panik, Azell ingin pergi keluar sendiri, namun di cegat oleh penjaga rumah yang Papa siapkan. Dan penjaga tersebut Azell perintahkan untuk menyusul Mama ke tempat tersebut untuk menyelamatkan Mama. Maafkan Azell Pa, seharusnya Azell memberitahu Papa akan hal ini. Azell hanya takut Papa akan semakin membenci Mama”. Ujar Azell menjelaskan kronologinya. Raut wajahnya menunjukkan sebuah penyesalan.
”Papa paham dengan garis besarnya. Azell tidak salah kok. Semua yang Azell lakukan sudah benar. Papa justru bangga Azell mau melakukan itu untuk menolong Mama. Tapi apakah Azell masih memiliki hasil rekaman saat Mama Azell bertemu seseorang?”. Tanya Ludius. ia hanya ingin memastikan beberapa hal.
”Untuk apa Papa menanyakan hasil rekaman tersebut? Apakah Papa benar – benar akan memarahi Mama?”. Tanya Azell polos, ia terlihat ketakutan.
”Azell, jangan takut, Sayang. Papamu tidak akan melakukan apapun pada Mamamu, percayalah pada apa yang Papamu lakukan”. Sahut Silvia meyakinkan Azell, meski ia sendiri tidak tahu untuk apa Ludius menanyakan hasil rekaman tersebut.
”Baik Pa. Azell akan memberikan hasil rekaman tersebut pada Papa. Azell juga ingin tahu siapa yang menemui Mama waktu itu. Kelihatannya Mama mengenal pria itu”. Ujar Azell. Ia seperti tahu sesuatu dari gelagatnya, tapi Ludius menahan diri untuk tidak menanyakan lebih jauh.
”Sekarang Azell di sini temani Bunda, ya. Papa akan pergi ke kantor. Sudah lama Papa meninggalkan kantor, banyak dokumen yang harus Papa urus.” Ludius mengusap pelan kepala Azell.
”Aku ingin ikut Pa. Azell juga ingin tahu apa saja yang di lakukan orang di kantor. Azell juga bisa belajar manajemen di sana”. Sahut Azell antusias. Ia memperlihatkan kepolosan dan keimutan wajahnya pada Ludius dan Silvia agar membiarkannya ikut.
”Untuk sekarang ini lebih baik Azell di rumah bersama Bunda. Lain kali pasti Papa ajak Azell ke kantor”. Tolak Ludius.
”Kenapa?! Kenapa Papa tidak memperbolehkan Azell ikut? Azell janji tidakk akan nakal atau mengganggu pekerjaan Papa.” Azell memohon pada Ludius, ia mengacungkan tangan membentuk huruf V,
Silvia melirik pada Ludius dan mengangguk pelan. ”Ajak saja Ludius. Dia sudah berjanji tidak akan macam – macam di Perusahaan pasti akan melakukan sepertii apa yang di katakannya” kata Silvia mengiyakan permintaan Azell.
”Sayang.. mengapa kamu jadi sangat memanjakan Azell. Aku akan pergi ke kantor loh, Sayang. Bukan ke taman kanak – kanak”. Sergah Ludius bersikeras menolak permintaan Azell.
Azell menarik – narik lengan jas Ludius dengan menunjukkan wajah imutnya. ”Ayolah Papa, sekali ini saja..” Bujuk Azell.
”Tidak!”. Tolak Ludius.
”Bunda.. lihatlah Papa tidak mengizinkan Azell untuk ikut ke kantor. Padahal Azell sudah janji tidak akan nakal. Hiks..” tiba – tiba Azell mewek. Menangis ala anak umur 6 tahun pada umumnya ketika meminta sesuatu tidak di perbolehkan orang tuanya.