Chapter 474 - 474. Menyebarkan Mata-mata bag2 (1/2)
”Tidak berani. Aku tidak mungkin berani membocorkan informasi semua yang ku ketahui. Aku sudah bersumpah untuk tunduk dan patuh padamu, Tuan. Aku tidak akan mengingkarinya”. Kata sang mata – mata. Ia menunduk dan memberikan penghormatan pada Ludius.
”Bagus, aku sangat menghargai ketulusanmu. Jadi, sebagian urusan yang ada di Kerajaan Hardland aku serahkan padamu.”
”Mengapa Tuan meninggalkan Kerajaan Hardland secepat ini? bukankah prediksi meninggalkan Kerajaan masih sekitar 2 minggu lagi?” tanya sang mata – mata. Ia memang belum tahu Ludius sudah memiliki istri di China.
”Aku harus segera kembali karena aku memiliki firasat kurang baik mengenai keamanan istriku.” Ludius mengambil dompet dan memberikan salah satu kartu miliknya ke sang mata – mata. ”Gunakan ini untuk keperluanmu. Kau akan mempunyai partner nantinya. Dia adalah bawahan setiaku, bernama Zain Malik yang saat ini masih di penjara. Dan tidak lama lagi pasti keluar”.
Si mata – mata menerima kartu tersebut. ”Baiklah, saya akan laporkan semua pergerakan pada Zain”.
”Ingatlah! Sekali aku menangkapmu bermain di belakangku. Maka AKU TIDAK AKAN MELEPASKANMU!!” Ludius beranjak dari duduknya dan meninggalkan sang mata – mata, ”Nikmati waktumu. Wine itu aku hadiahkan untukmu”. Kata Ludius ia meninggalkan ruang vip.
Ludius keluar dari ruang VIP dengan tenangnya, tapi di balik tenangnya banyak orang yang diam – diam memperhatikan dirinya yang baru saja keluar dari ruang vip. Para pengunjung Club X mulai berbisik begitu melihat sosok dari seorang Ludius yang memiliki anggota elit Mafia.
Alasannya karena di Kerajaan Hardland masih sangat jarang orang yang memiliki Organisasi tingkat tinggi dengan anggota Elit berjas hitam dan pistol sebagai pegangan mereka. Mereka pasti langsung menebak Ludius bukanlah orang biasa yang bisa di anggap enteng.
'Akhirnya aku memiliki anak buah dan mata - mata di Kerajaan Hardland ini. Setelah ini tinggal memikirkan bagaimana melepaskan Zain dan membuatnya tinggal di sini untuk mengawasi mata – mata yang ku tinggalkan'. Batin Ludius.
Ia mengambil kontak mobil di dalam sakunya dan menuju ke tempat parkiran untuk mengambil mobil yang tadi di pakainya. ”Malam hari di Kerajaan Hardland memang sedikit berbeda. Sepertinya lebih baik aku menikmati waktu santai di sekitar sini sebelum kembali ke Istana pengap itu.” Gumam Ludius.
Ia menggunakan mobill BMW hitam menyusuri jalan, sambil mencari – cari sesuatu yang unik untuk di jadikan hadiah, oleh – oleh dan souvenir untuk keluarga yang ada di China.
Sepanjang jalan Ludius jelajahi Ibu Kota Lorand. Banyak sekali stand – stand kecil berisi banyak sekali barang yang di jual, namun belum ada yang membuat Ludius tergugah. Hingga 20 menit lamanya ia menyusuri sepanjang jalan dan menemukan sebuah pasar malam yang menjual berbagai jenis pernak pernik dan souvenir khas Kerajaan Hardland.
”Sepertinya pasar malam ini lumayan. Lebih baik aku turun dan melihat – lihat. Siapa tahu memnemukan barang yang cocok untuk di jadikan hadiah”.
Ludius memarkirkan mobilnya tidak jauh dari pasar malam. Ia bergegas turun dari mobil dan memasuki area pasar malam. Namun di saat ada momen iindah dan menyenangkan seperti ini, siapa sangka seorang Ludius masih bisa merasakan kesepian yang teramat hingga tidak bisa ungkapkan dengan kata – kata.
Setibanya Ludius di dalam pasar mala, terdengar sekali suara riuh karena banyak sekali pedagang kaki lima yang berjualan dan semuanya dapat di tawar.
”Jika saja kamu ada di sini istriku, kamu pasti sudah berburu banyak sekali pernak – pernik yang tidak ada di negara kita.
Setiap Ludius melewati pedangan, mereka dengan giatnya menawarkan barang dagangan mereka padanya. Hanya saja belum ada yang bisa menggelitik hatii Ludius dan membuatnya penasaran.
”Hai Tuan.. kau sedang mencari siapa di tengah pasar malam seperti ini, sendirian lagi..” sapa 2 orang wanita yang sedang lewat depan Ludius.
”Tidak sedang mencari siapapun. Aku hanya sedang jalan – jalan, apa ada yang salah dengan hal ini?”. tanya Ludius dengan nada acuh.
”Tidak ada, tapi jika Tuan jalan seorang diri di tengah pasar malam ini, bukankah terasa ada yang kurang?”. Balas sang wanita.