Chapter 453 - 453. Kesempatan. Rasa ini yang tak pernah sampai (1/2)

”Cukup Li thian, jangan mencoba menebak apa isi hatiku. Aku diam karena sudah menganggapmu sebagai teman sekaligus kakak yang harus aku hormati, jangan sampai rasa hormatku hilang karena kau mencoba melakukan hal lain yang membuatku menjadi segan padamu”. Sergah Silvia seraya menoleh ke arah Li thian dengan menggelengkan kepalanya.

Hal ini membuat Li thian sadar, seberapa berjuangnya dia untuk menelusuri isi hati Silvia, pada kenyataannya seorang Silvia tidak akan memberikan hatinya pada orang lain. Seperti hatinya sudah terpatri untuk pria brengsek seperti Ludius.

”Kamu benar – benar Silvia yang ku kenal” Li thian mengembangkan senyumnya. ”Jangan khawatirkan itu Silvia, aku tidak akan melakukan hal yang melewati batasku. Meskipun begitu, aku masih berharap kamu mau mempercayaiku dan membagi bebanmu denganku.”

Silvia menepis perlahan kedua tangan Li thian dengan senyuman yang di paksakan. ”Aku hargai kebaikanmu Li thian. Bahkan kamu adalah salah satu pria yang selalu ada untukku di  saat aku membutuhkan tempat untuk bersandar. Tapi kembali lagi, aku sudah bersuami. Aku harap kamu mengerti Li thian. Nikmati waktumu, cobalah untuk membuka hatimu untuk wanita lain, itu baik untuk kita Li thian”.

Silvia melepaskan tangan Li thian dan pergi begitu saja menghindarinya. Silvia khawatir, jika terus – terusan berada di samping Li thian, perasaan Li thian akan semakin tidak terkontrol seperti halnya beberapa tahun yang lalu.

”Mengapa kamu selalu menghindar dariku, Silvia. Tidak dulu maupun sekarang. Apa aku terlalu buruk untuk menjadi tempatmu bersandar, atau…” Li thian tidak bisa meneruskan kata – katanya, nyatanya Silvia sudah pergi dari hadapannya.

Hanson yang sedari tadi memperhatikan Li thian yang mencoba menghibur Silvia menepuk pundaknya pelan, mencoba bersimpati dengan apa  yang di rasakan Li thian saat ini. ”Li thian, aku tidak menyangka perasaanmu masih sedalam itu pada Silvia setelah bertahun – tahun lamanya”.

”Jangan katakan lagi, aku tahu kau mendekatiku hanya ingin menertawakan kegagalanku. Maka tertawalah..” ujar Li thian ketus.

”Kau terlalu mudah menyimpulkan sesuatu Tuan Li thian yang terhormat. Aku hanya ingin mengatakan, apa yang kau lakukan untuk menghibur Silvia memang sudah benar, hanya  saja caranya yang tidak tepat. Cobalah untuk mendekati Silvia tanpa melihatnya dengan rasa iba. Bukankah kau lebih tahu kalau Silvia adalah wanita yang tidak senang di perlakukan dengan rasa kasihan..”

Li thian dengan tenangnya bersenyum seringai pada Hans seraya menepuk balik pundak Hans. ”Pandai sekali kau dalam menggurui orang lain Tuan Hans. Tidak peduli apa yang terjadi, Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Jika yang kau katakan benar adanya, lakukan saja seperti apa yang kau katakan. Aku ingin melihat, sejauh mana Tuan Hans ini bisa menarik hati Silvia. pada dasarnya kau dan aku sama saja..”

Perkataan sederhana yang cukup panjang dari Li thian begitu tandas, bahkan Hanson tidak bisa menampiknya. Acara hari ini telah menjadi saksi bahwa masih banyak pria yang diam – diam menginginkan Silvia.

Tapi sayangnya, kita tidak bisa memaksakan kehendak yang sudah terjadi dan memang seharusnya terjadi. Silvia memang di lahirkan untuk Ludius, mau bagaimanapun orang lain ingin menampik kenyataan ini, mereka tidak akan bisa mengubah keputusan dari yang di namakan Takdir.

”Silvia... Silvia.. mengapa setelah bertahun – tahun berlalu, aku masih saja tidak bisa melupakanmu. Apakah kau pernah berpikir bagaimana tersiksanya aku  berlarut – larut menahan rasa rindu ini? Perasaan tak bertuan ini seperti bom waktu yang kapan saja bisa meledak. Jika saat itu tiba, aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padaku, Silvia..” gumam Hans.

-

Akhirnya Silvia bisa lepas dari jeratan Hans dan Li thian yang kapan saja melempar beberapa pertanyaan yang mampu membuat mereka menebak apa yang sedang terjadi.

”Silvia, mengapa kau melamun. Ini kan pesta yang di buat olehmu, tidak asik jika kau tidak menikmatinya.” Celetuk Ling ling memberikan piring berisi daging sapi yang sudah di panggang dengan berbagai bumbu khas.

”Sok tahu sekali kamu Ling ling. Aku hanya merasa sedikit tidak enak badan. Seperti yang kau katakan, ini pestaku. Tidak mungkin aku tidak menikmatinya. Sini aku coba..” mengambil piring yang ada di tangan Ling ling dan mencicipi makanannya.

”Bagaimana rasanya Sil, ini Bryan loh yang memanggangnya. Eh salah, maksudku kita berdua yang membuatnya”, seru Ling ling antusias.

Beneran deh, sahabat satu ini.. bisa – bisanya pamer hal yang berbau MESRA pada wanita yang sedang jauh dari belahan jiwa nya. Buat hati Silvia menjadi ngenez or sedih berkepanjangan.

”Hei hei.. kau tidak sedang pamer kemesraanmu dengan senior Bryan padaku, kan?”. Ledek Silvia.