Chapter 448 - 448. Merona Merah sang Putri Hadiningrat. (1/2)
”Jangan memandangku seperti itu Bi, aku mengerti apa yang sedang Bibi pikirkan. Lupakan apa yang kita bicarakan hari ini. lebih baik Bibi fokus untuk mempersiapkan acara untuk nanti sore”. Pangkas Silvia pada Bibi Yun.
Ia tidak ingin memperpanjang percakapan mereka lebih jauh lagi dan membuat Bibi Yun menjadi berpikir lebih jauh tentang dirinya. Bagi Silvia yang ada saat ini harus ia jalani dengan penuh kematangan.
”Baik Nyonya, saya permisi..” Bibi Yun tidak ingin berdebat apapun lagi dengan Nyonyanya. Ia pergi dari hadapan Silvia dan keluar dari kamar tersebut.
Sepeninggalan Bibi Yun dari kamar, Silvia melanjutkan istirahatnya sambil menunggu sore tiba. Ia berbaring kembali di kasur dengan pikiran dan angannya sudah menjelajah jauh entah kemana. Yang ada dalam fikiran Silvia saat ini adalah..
'Jika saja Tuhan mengambil nyawaku lebih dahulu sebelum kamu, apakah kamu akan tetap sama seperti sekarang ini, suamiku? Aku terus memikirkan hal ini. Takut kamu berubah jika aku tiba – tiba pergi dari hidupmu. Kita tidak ada yang tahu dengan masa depan, aku hanya berharap yang terbaik untukmu dan kita..'
Perlahan Silvia memejamkan matanya meski sulit. Kata – kata dari Dokter Martin terus terngiang – ngiang di telinganya bagai mimpi buruk di siang hari.
***
Waktu telah berjalan menemani Silvia yang tertidur melepas kepenatan dan mengistirahatkan tubuhnya yang sempat melemah. Beberapa waktu telah terlewat tanpa ia rasakan dan melebur dalam kejamnya waktu yang mengikis kesempatan untuknya bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan suaminya, Ludius Lu.
Di ruang tamu sudah ada beberapa teman Silvia yang datang, ada Lingling dengan senior Bryan, Nadia, Wangchu, dan orang di tugaskan untuk menjaga Silvia dari jauh yaitu Zhenyi dan Zack Li.
Saat ini Nadia sedang duduk bersebelahan dengan Lingling dan membiarkan para pria duduk di sisi lain sofa ruang tamu. Karena pasangan Lian dan Longshang belum datang, sementara waktu mereka berbincang dan bercanda tentang banyak hal.
”Eh.. dengar – dengar Tuan Wangchu sedang mendekati seseorang. Dia yang biasanya memiliki insting playboy saja mau berubah menjadi pria yang penurut. Apa kalian tahu hal ini?!”. celetuk Zhenyi untuk memeriahkan suasana. Zack Li dan Bryan yang sedang duduk sambil menikmati hidangan yang di sajikan Bibi Yun seketika melirik tajam ke arah Wangchu.
”Hei Wangchu.. aku memang dengar kamu senang jalan dengan banyak wanita. Tapi aku tidak menyangka kau bisa sampai jatuh cinta.” Kata senior Bryan ikut nimbrung dengan asal sambil menikmati secangkir kopi. Ia tersenyum simpul sambil melirik ke arah istri dan Nadia yang ada di sampingnya.
”Brengsek! Dasar suami istri gaje! Bahkan sifat kalian pun sangat mirip. Sama – sama senang mencampuri urusan orang lain. Cih!!”. Gerutu Wangchu dalam diam seraya menunjukkan mimik wajah jengkel. Ia bahkan acuh seolah tidak mendengar ledekan mereka.
”Kau sedang menggerutu Tuan Wangchu?! Itu tidak ada gunanya. Semua gelagatmu sudah tercium dengan jelass oleh kami. Tapi syukurlah, Tuan Wangchu bisa jatuh cinta juga. Aku kira orang seperti Tuan Wangchu hanya tahu bermain. Pfff..” sahut Zack Li dengan terkekeh menahan tawa.
”Ha ha ha..” seketika tawa seluruh orang yang ada di ruang tamu pecah tidak terkecuali Nadia meski ia hanya tersenyum karena tersipu malu menjadi bahan bercandaan mereka semua.
Wangchu melihat Nadia tersenyum serta tersipu malu menghela napas lega. 'Setidaknya aku bisa melihat senyummu, Nadia. Kamu tenanglah.. aku akan mencari cara agar bisa membatalkan perjodohanmu dengan si Mahendra. Tidak akan ada yang bisa memaksamu selagi masih ada aku, itu janjiku padamu, Nadia'. Batin Wangchu
Janji yang terukir dalam sebuah kata tanpa tertulis Wangchu tanamkan dalam hati dan ia akan wujudkan apapun yang terjadi meski Nadia mungkin tidak menyadarinya atau tidak mengganggap perkataan Wangchu sebuah kebenaran.