Chapter 426 - 426. Permintaan Lancang bag 3 (2/2)
”Aku sedang memikirkan, siapa yang akan menjaga Silvia jika aku dan Ludius terbang ke Hardland?”. kata Zain tanpa bersalah ia mengatakan itu di depan Emilia, membuat Emilia terlihat cemburu.
”Bisa tidak kau tidak mengatakan nama wanita lain di depan calon istrimu. Menyebalkan! Ayok Kakk, kita tinggalkan pria brengsek ini disini!”. Sentak Emilia dengan sarkas. Ia marah bukan main mendengar Zain mengkhawatirkan Silvia, padahal mereka baru saja menyatakan bertunangan di depan publik
”Menyebalkan!”. Gerutu Emilia.
”Dasar anak muda jaman sekerang. Masih saja melakukan hal konyol seperti ini dan mengatakan itu adalah cinta. Maka dari itu kakak tidak suka kau memiliki seorang kekasih, dan lihat.. akhirnya seperti ini, kan?”. Sindir Pangeran Richard.
”Kak, kau menang. Pria brengsek itu memang tidak pernah PEKA dengan perasaan orang lain. Menyebalkan!”..
Pangeran Richard dan Emilia sudah keluar dari gedung pertemuan. Pasukan khusus yang mengikuti mereka sudah siap berdiri di depan gedung mrnunggu laporan. ”Yang Mulia, apa perintah anda selanjutnya?”. Tanya Dixie sang kepala keamanan yang selalu bertugas menjaga Emilia.
Dixie ini sebenarnya sangat sakit hati dengan apa yang di dengarnya siang ini saat konferensi pers berlangsung. Pasalnya, ia sangat mencintai Emilia, tapi justru pria Zain yang tidak tahu asal usulnya menjadi calon dari Emilia. Dari tampangnya saja sudah kelihatan, bara api kecemburuan dan ketidak terimaan membara di kedua matanya.
”Kita akan kembali ke Mansion sambil menunggu kabar dari Tuan Lu!”. Jawab Pangeran Richard.
”Baik Yang Mulia..” Dixie menghadap ke seluruh pasukannya. ”Dengar semua, Yang Mulia sudah tidak ada urusan lagi disini, kita akan kembali ke Mansion sekrang juga!”. Perintah Dixie.
Pangeran Richard dan Emilia memasuki mobil yang sudah di parkirkan di pelataran gedung pertemuan. Sedangkan Zain yang berjalan di belakang mereka di cegat oleh Dixie. ”Tunggu, Tuan Zain!”. Cegat Panglima Dixie.
”Aku tidak mengenalmu. Menyingkirlah!”. Balas Zain kasar.
”Kau berani berbicara kasar padaku!”. Dixie yang terbakar amarah menyombongkan diri. Ia melipat kedua tangan sambil membusungkan dadanya. Seolah sedang memberi tahu bahwa dia adalah orang terkuat di Hardland. sang panglima Agung.
”Tentu saja berani, memang siapa kau!”. Tantang balik Zain dengan kasar.
”Aku adalah Panglima tinggi yang di utus untuk menjaga keamanan Putri Emilia..” belum selesai Panglima Dixie berbicara, Zain sudah menyela terlebih dahulu perkataannya.
”Kau hanya seorang Panglima yang di utus menjaga Emilia. Lalu apa urusannya denganku. Kau mau menantangku karena aku bisa menjadi tunangannya dan kau tidak?! Pikiranmu cukup picik dan dengki juga. Pantas Emilia tidak pernah melihat kearahmu!”. Zain menepuk pundah Dixie. ”Aku sarankan lebih baik kau ubah pemikiran picik dan dengkimu, Tuan Panglima. Karena hal itu bisa membuatmu menjadi gelap mata dan akhirnya kehilangan segalanya! Aku pergi dahulu”, ujar Zain. Ia pergi meninggalkan Dixie yang geram dengan semua tingkah Zain.
Ia mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. ”Awas saja kau Zain! Aku tidak akan membiarkan kau bisa memiliki Emilia semudah itu. Tunggu saja pembalasan dariku!”. Gerutu Dixie. Ia terlihat sangat marah. Saking marahnya sampai menggertakkan giginya.