Chapter 419 - 419. Agresifmu Putri Emilia bag 2 (1/2)
Emilia semakin melampiaskan amarahnya pada Zain dengan memukul – mukul tubuh Zain. Sudut mata Emilia bahkan sampai basah, menangisi hal yang membuat Zain merasa bersalah. ”Katakan Zain, sebenarnya kau mencintaiku atau tidak? Apakah kau memang menganggapku hanya sebatas teman?”. Silvia menadahkan wajahnya dan melihat dengan baik kedua mata Zain, menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Zain.
”...”
Zain tidak mengatakan apapun, ia justru mengaliihkan pandangannya. Pertanyaan Emilia mungkin telah membuat hatinya bimbang, tapi ia tidak akan bisa berlari dan menghindar seumur hidupnya. Zain menghela napas. 'Aku harus memberinya jawaban atau aku akan menyesal setelah kepergiannya'. Batin Zain.
Ia memandang wajah Emilia, dengan senyum simpul di sudut bibirnya Zain akhirnya menjawab pertanyaan Emilia. ”Aku tidak bisa mengatakan apapun sekarang, dan aku juga tidak tahu perasaanku padamu Putri Emilia...” perkataan Zain tertahan, membuat Emilia menebak akhir dari perkataan Zain.
”Oh.. jadi memang hasilnya tetap akan sama, ya..” gumam Emilia.
”Tapi aku pastikan di dalam hatiku sudah tidak ada yang menempati, meski Silvia sekalipun. Berkatmu aku sudah bisa melepaskan Silvia, dan menerima Silvia sebagai seorang saudara, teman, kakak adik. Merubah perasaan cinta yang telah ada selama 5 tahun lebih tidaklah mudah, tapi hanya ingin melepaskan demi kebahagian Silvia.” Kata Zain menerangkan panjang lebar.
Emilia mendengarkan dengan seksama apa yang Zain katakan, tapi tetap saja perasaannya tidak tenang mengenai Silvia yang akan sendiri tanpa Ludius di sisinya. Setidaknya apa yang Emilia pikirkan saat ini adalah waktu untuk Zain bersama Silvia jauh akan lebih banyak.
Tapi untuk sementara Emilia tepis perasangka buruk tersebut, toh dirinya juga memang bukan siapa – siapa dari Zain. Memikirkan Zain akan bersama dengan seorang wanita dalam jangka waktu yang lama, sepertinya terlalu berlebihan baginya.
”Aku sudah selesai dengan apa yang akan aku bicarakan padamu, saat nya bagiku untuk kembali ke Mansion sebelum take off sore nanti.” Kata Emilia. Sebelum pergi Emilia terlebih dahulu mencium pipi Zain, membuat pria kaku seperti Zain merona merah.
Zain tidak bisa berkata – kata mendapat ciuman dari Emilia. Karena tidak ingin memndapat pertanyaan dari Zain, Emilia langsung berlari ke luar ruang kerja dengan senyum merekah yang tercetak jelas di bibir ranum Emilia.
Zain masih terbengong dengan tangan menyentuh bekas ciuman yang Emilia berikan. Ia memejamkan matanya perlahan, menikmati apa yang baru saja ia lewati. Menikmati hangatnya ciuman yang membekas di pipinya.
Norak, biarkan saja! Bagi Zain, meski hanya sebatas ciuman pipi. Tapi ini cukup hangat dan membuat orang terus mengingatnya. Ini mungkin pertama kalianya ada wanita yang berani mencium nya seagresif ini.
”Bi...” seru Zain dari ruang kerjanya.
Tidak lama setelah Zain memanggil Bibi An datang ke ruang kerja untuk menghadap. ” Permisi Tuan, ada yang bisa saya bantu?”. Tanya Bibi An.
”Coba telepon ke Kediaman Lu. Tanyakan pada Bibi Yun apakah Ludius sudah pergi atau belum. Seharusnya dia mengklarifikasi skandalnya terlebih dahulu sebelum keberangkatannya ke Hardland. Apalagi berita tentangnya dan Shashuang sudah menyebar ke berbagai media massa. Jika sesuatu terjadi pada Silvia, aku takkan memaafkanmu, Ludius!”. Terdengar suara Zain begitu geram, ia mengepalkan tangannya dengan menggertakkan giginya.
”Baik Tuan, saya akan menghubungi Kediaman Lu untuk menanyakan hal ini, permisi”. Bibi An keluar dari ruang kerja.