Chapter 409 - 409. Mengetahui akan kepergianku (1/2)

Setelah selesai sarapan bersama, Ludius yang sudah memakai kemeja hitam kembali ke kamar untuk mengambil jasnya. Pagi ini ia harus menyelesaikan pekerjaannya di kantor sebelum keberangkatannya ke Kerajaan Hardland.

Silvia sendiri yang baru selesai sarapan, tiba – tiba teringat kalau hari ini adalah waktu yang di tentukan dalam surat yang di kirim dari Kerajaan Hardland. Perasaannya seketika tidak menentu, rasa cemas dan gusar begitu saja menyerang hatinya. Apalagi Ludius tidak mengatakan apapun pada dirinya bahwa hari ini akan pergi ke Hardland.

'Sebenarnya kamu berniat untuk pergi seorang diri kan, Suamiku? Mengapa kamu tega meninggalkan aku di China tanpa memberitahu terlebih dahulu. Apakah ada hal yang sedang kamu sembunyikan dariku?'. Batin Silvia.

Ibu Yuliana baru selesai sarapan dan melihat Silvia terdiam melamun dengan pandangan kosong tahu, bahwa putrinya pasti sedang memikirkan sesuatu. Ibu Yuliana meletakkan sendok dan garpunya lalu menghampiri putri semata wayangnya. ”Silvia, sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan, Nak?”. Tanya Ibu Yuliana yang sudah ada di samping Silvia, ia duduk di samping Silvia dan memeluknya dari samping.

”Tidak ada apa – apa Bu, aku hanya memikirkan bahwa Ludius akan pergi hari ini. tapi dia tidak mengatakan apapun padaku. Apa dia berniat pergi tanpa mengajakku bahkan juga tanpa memberitahuku?”. Kata Silvia dengan raut wajah sedih, ia menyandarkan kepalanya di bahu Ibu Yuliana dan memeluk balik Ibu tercintanya.

”Dari mana kamu tahu bahwa Nak Ludius akan pergi?”. Tanya Ibu Yuliana penasaran. Soalnya setahu Ibu Yuliana, Ludius akan pergi tanpa memberi tahu Silvia agar istri nakalnya tidak mengikutinya.

”Dari surat yang pernah ku baca, Bu. Dulu Putri Kerajaan Hardland datang ke China mencari Ludius dan menyerahkan sebuah surat resmi dengan cap Kerajaan Hardland dan meminta Ludius untuk datang ke sana, dan itu terhitung hari ini. Tapi yang membuatku kepikiran adalah alasan Ludius Kerajaan Hardland apakah hanya sekedar perjalanan bisnis?”. Pikir Silvia, ia mengeryitkan kening memikirkan apa yang sedang Ludius pikirkan dan rencanakan.

Karena Silvia tahu, Ludius adalah orang yang selalu memikirkan masalah dalam jangka panjang dan selalu memiliki arti tersembunyi di balik tindakannya. Ibarat pepatah, Ada udang di balik batu pasti Ludius menyembunyikan sesuatu.

”Jangan berpikiran terlalu jauh, Silvia. Ibu yakin Nak Ludius memiliki alasan tersendiri untuk tidak membawamu pergi dalam perjalannya kali ini. Nak Ludius adalah tipe pria yang dapat di andalkan, tidak mungkin dia mengambil tindakan tanpa alasan yang kuat. Percayalah pada suamimu, Silvia”.

”Uhm.. kali ini aku akan percaya padanya. Aku akan lihat, apa yang ingin dia selidiki di belakangku. Tetap saja aku merasa masih ada hal yang janggal”. Gumam Silvia.

Dari arah tangga, Ludius turun dan menghampiri Silvia yang sedang bermanja pada Ibu Yuliana. Melihat Ludius mendekat ke arahnya, Silvia beranjak dari sisi Ibunya dan menghampiri Ludius.

”Sayang, aku akan pergi ke kantor terlebih dahulu. kamu baik – baik di rumah, jangan nakal atau aku akan marah.” Ujar Ludius, ia mencubit hidung Silvia hingga membuat Silvia meringis menahan kejahilan suaminya.

”Auugh.. sakit tahu! Lagian siapa juga yang mau nakal di belakang pria tyrant sepertimu. Yang ada semua pria kabur saat tahu aku adalah istri dari Ketua Organisasi Naga Imperial Ludius Lu!”. Ejek Silvia di depan suaminya dengan segala tingkahnya yang membuat Ludius semakin gemas melihatnya.

”Coba kamu katakan lagi, Sayang. Kamu bilang aku Tyrant? Mana ada tyrant setampan suamimu.”

'Sejak kapan penyakit narsis Ludius jadi semakin parah? Sekarang bahkan dengan percaya dirinya mengatakan kalau dia tampan.. ekspektasiku tentangmu buyar sudah, suamiku.' Dalam hatipun Silvia mengejek Ludius. Benar – benar seorang wanita yang membenci kenarsisan.

Ludius menarik pinggang istrinya membuat istrinya tersentak kaget dan memejamkan mata dengan pikiran yang entah seberapa jauh memikirkannya. Ludius hanya tersenyum tipis melihat tingkah Silvia. Sebuah kecupan hangat melesat di kening Silvia.