Chapter 408 - 408. Pagi ini dengan sarapan buatan suami tercinta bag2 (1/2)

Ludius  bersama Silvia pergi ke ruang makan sambil menunggu Ibu Yuliana keluar dari kamarnya. Mungkin Ibu Yuliana sedang istirahat, pasalnya setelah perjalanan jauh Ibu Yuliana memang belum pernah istirahat. Jadi wajar beliau telat untuk sarapan bersama pagi ini.

Ludius dan Silvia sudah duduk bersebelahan di ruang makan, karena belum mendapat ciuman selamat pagi, Ludius ingin sedikit menjahili istrinya. Ia sengaja mengangkat Silvia dan mendudukkannya di atas pangkuannya dengan posisi saling berhadapan.

”Suamiku, apa yang sedang kamu lakukan?!” Tegur Silvia, matanya jelalatan melihat ke segala arah takut Ibu Yuliana atau orang lain masuk ke ruang makan dan memergoki mereka. Meski sudah menikah sekalipun, bermesraan di depan orang tetaplah memalukan.

”Sedang apa lagi kalau bukan memangku istriku. Oh.. atau lebih tepatnya bermesraan dengan istri tercinta.” Jawab Ludius tanpa rasa takut atau malu.

”Apa kamu tidak memiliki rasa malu meski sedikit? Gimana kalau ada orang yang melihatnya. Malu tahu..” omel Silvia.

”Sayang, mengapa kamu sangat cerewet seperti ini. aku hanya sedang menikmati pagiku bersama istro tercinta, kalau ada yang melihat ya biarkan saja, itu wajar kok, soalnya mereka punya mata dan telinga.”

”Dasar muka tebal!”.

Tangan Ludius memegang kedua pipi temben Silvia, memaksa Silvia untuk menatap kedua matanya. Sejenak pandangan mereka saling bertemu dan tenggelam dalam pikiran masing- masing. Dada Silvia bergemuruh, jantungnya seakan sedang menari mengikuti ritme cepat. Ada apa denganku saat ini???

'Melihat tatapan dingin nan kelam Ludius, meski ini bukan yang pertama kali. Mengapa aku selalu merasa ada hal yang belum Ludius katakan padaku. Aku selalu menunggu Ludius menjelaskannya, tapi jika di lihat dari sorot matanya, ia sedang menyimpan dalam – dalam hal itu dariku. Sebenarnya rahasia apa yang masih kamu sembunyikan Ludius? Tatapan matamu takkan pernah membohongiku.'

Ludius sudah bersiap mencium bibir ranum istrinya yang sudah sangat ia nantikan di pagi hari ini, namun lagi – lagi keadaan tidak memihak pada mereka, di saat bersamaan..

”Nak Ludius, Silvia.. apa kalian sedang menunggu Ibu untuk sarapan bersama?”, seru Ibu Yuliana dari arah pintu masuk ruang makan,

Bibir Ludius yang hampir menempel di bibir Silvia sontak ia urungkan. Dalam hati ia mengumpat diri sendiri. 'Arrrgh.. mengapa harus di saat seperti ini!! ok. Sudahlah!'. Batin Ludius menggerutu.

Ia terpaksa mengangkat Silvia dan mendudukkannya di kursi samping dan berdiri menyambut kedatangan Ibu Yuliana. ”Ibu.. mari kita sarapan bersama,” Ujar Ludius mengajak Ibu Yuliana sarapan bersama.

Ibu Yuliana yang memergoki menantunya sedang menjahili putrinya hanya bisa terkekeh menahan tawa, betapa bahagia hati Ibu Yuliana melihat kedekatan pasangan putra putrinya. Inikah yang di namakan kebahagian sederhana namun indah di rasa?.

”Ibu dengar Nak Ludius pagi ini membuat bakso kuah? Apakah benar, Nak?”. Tanya Ibu Yuliana, padahal ia tahu betul apa yang di lakukan Ludius malam itu.

Anggap saja ini cara pendekatan antara mertua dengan menantu, sedikit bertanya bertujuan memuji. Bukankah Ibu Yuliana adalah contoh Ibu mertua yang baik?.

Dari arah dapur Bibi Yuliana dan pelayan lainnya datang membawa nampan berisi makanan dan masakan yang Ludius buat.  ”Permisi Nyonya besar, Tuan dan Nyonya Muda. Maaf saya telat menyiapkan sarapannya”, kata Bibi Yun dengan menundukkan badannya meminta maaf di ikuti pelayan lain di belakangnya.

”Bibi Yun jangan seperti itu, kita ini keluarga.” Ujar Silvia ramah.