Chapter 401 - 401. Belanja di pasar bag 2 (1/2)

Kemarahan yang di tunjukkan Ludius membuat pak tua yang ada di depannya langsung beralih dari tempatnya dan menundukkan badan di depan Ludius dengan tubuh gemetar. ”Tuan.. maafkan atas kelancangan hamba, hamba tida tahu jika istri Tuan memiliki pantangan memakan daging babi. Sungguh saya tidak sengaja Tuan,,” kata pak tua parau, terdengar samar karena perkataannya terselimuti gugup dan rasa cemas yang mendalam melihat sorot mata amarah Ludius.

”Meminta maaf!! Apa kau tahu dampak dari kebohonganmu dapat membuat istriku terluka! Tidak bisa di biarkan!”. Perkataan lantang Ludius sukses menyita perhatian semua orang.

Dalam sekejap pak tua penjual daging babi menjadi gunjingan banyak orang, apalagi para wanita yang pada dasarnya awam dalam kasus seperti ini. Silvia yang tidak tega pada pak tua itu menarik lengan Ludius dan berbisik padanya. ”Sudahlah Ludius, pak tua itu mungkin memiliki kesulitannya sendiri hingga membuatnya berbicara bohong pada kita..”

Ludius tidak habis pikir pada apa yang di pikirkan istrinya, mengapa istrinya bisa berpikiran positif pada orang yang telah berbuat tidak baik padanya?. Memikirkan pola pikir Silvia kadang membuat Ludius heran.

Ludius mendelikkan matanya namun di balas sebuah gelengan Ludius. ”Jangan Ludius..”

Pak tua yang masih menunduk di depan mereka membuat Silvia tidak tega, ia memegang kedua lengan pak tua untuk menegakkan tubuhnya. ”Jangan seperti ini pak, bagaimanapun bapak adalah orang yang lebih tua dari saya.” Dengan senyuman dan keramahan Silvia memegang kedua tangan pak tua itu dan menanyakan perihal kondisi sebenarnya.

”Jadi, apa alasan sebenarnya membohongi kami dengan mengatakan bahwa itu adalah daging sapi? Saya percaya, dari sorot mata bapak bukanlah orang yang tega berbuat seperti ini.” tanya Silvia halus agar pak tua itu mau mengatakan alasan yang sebenarnya.

”Sebenarnya cucu saya sedang sakit dan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Beberapa hari ini jualan saya sedang sepi dan kebetulan melihat Tuan dan Nyonya mampir ke lapak saya untuk membeli daging. Tapi sungguh, saya tidak tahu jika Nyonya memiliki pantangan seperti itu..” kata pak tua dengan penuh penyesalan,

”Tidak masalah, pantangan ini memang sudah menjadi kewajiban yang harus saya jalani. Bapak tidak salah apapun.” Silvia melepas kedua tangan pak tua dan berbalik menatap Ludius dengan saut wajah memohon.

”Terima kasih, Nyonya mau memaafkan saya. Saya janji tidak akan melakukan ini pada orang lain..” balas pak Tua, ia sampai memberi hormat beberapa kali pada mereka berdua.

”Kalau begitu, kami permisi dulu pak.” Silvia menggandeng Ludius pergi dari depan los pak tua.

Di sepanjang pencarian los daging, Silvia tersenyum manja sambil menarik lengan jas Ludius. ”Ehm... Suamiku, aku tahu kamu adalah orang yang baik..” rayu Silvia dengan memberikan senyum termanisnya.

”Tumben sekali kamu bermulut manis, sayang.. apa yang sebenarnya kamu inginkan?”. Tandas Ludius, ia langsung saja mempertanyakan keinginan istrinya itu.

”Bisa tidak, kamu membantu pak tua ini untuk mengobati cucu kesayangannya. Aku hanya tidak tega ada seorang kakek rela berjualan hanya untuk mengobati cucunya. Boleh yah.. yah..” bujuk Silvia,

”Sayang, berdasarkan apa kamu menilai pak tua itu harus menerima bantuan dari kita? Apa kamu tidak kapok di bohongi untuk yang kedua kalinya?”.

”Tapi aku tidak tega suamiku. Aku hanya melihat sorot mata kesabaran dari pak tua itu. Dia terlihat begitu bekerja keras demi menyembuhkan cucunya.”