Chapter 383 - 383. Club De Luxe bag4. Melawan Balik (1/2)
Sniper dari jarak 10 meter siap menembakkan pelurunya kearah Bianca dan Zain yang sedang berlari menghindarinya. Beruntung Bianca sudah mengawasi keadaan sekitar dan menyadari lebih cepat akan bahaya yang datang pada mereka.
Ckiit..
Bang..!!
”Awas menghindar!” teriak Bianca. Ia mendorong Zain yang menjadi target sniper yang berdiam diri di bagian atas gedung. Seketika lengan Bianca berdarah, peluru tersebut berhasil melukai lengan kanannya saat ia mendorong Zain ke arah samping kiri.
'Dasar wanita bodoh, mengapa kau bersusah payah menolongku?' batin Zain. Ia yang tersungkur di lantai langsung beranjak dari tempatnya dan memapah Bianca yang lengannya terus mengeluarkan darah.
”Lebih baik kita meninggalkan tempat ini segera!” ujar Zain. Ia memapah Bianca meninggalkan ruangan lelang.
Bang bang bang...
Dari arah atas peluru berondong di tembakkan seseorang dari jarak sekitar 10 meter. Seketika semua orang tunggang langgang, berlarian kesana kemari menyelamatkan diri dari tembakan beruntun seseorang.
Mereka yang membawa pengawal masuk ke dalam acara lelang langsung menampakkan identitas sebenarnya, dan membantu Tuan mereka lepas dari cengkraman laut.
Di satu sisi Zain yang dan Bianca yang berusaha menghindari peluru beruntun berusaha untuk mencari tempat berlindung ketika melihat pintu akses keluar sudah di sabotase.
”Kita sepertinya terkurung di dalam, apa yang akan kau lakukan Tuan kaku?” tanya Bianca sambil tersenyum remeh.
”Kau sedang terluka pun masih bisa tersenyum licik seperti itu? Dasar wanita berbisa.” Ejek Zain.
Di kala pelarian mereka yang menghindari tembakan beruntun dan belum di ketahui asalnya, di tambah pintu keluar sudah di sabotase. Zain menemukan sebuah ruangan rahasia yang cukup membuatnya terkejut. ”Kita masuk saja kedalam sini sampaii kondisi di luar terkendali!” seru Zain. Ia menarik Bianca masuk ke dalam ruangan yang cukup sempit dan gelap tersebut.
Di dalam ruangan berukuran 5x5 meter dengan pencahayaan yang cukup minim, membuat Bianca merasakan sesak napas. Nafasnya yang memburu bahkan sampai terdengar oleh Zain.
”Huft.. huft.. sepertinya kita telah terjebak dalam permainan mereka. Sekarang kita hanya bisa menunggu sampai keadaan stabil.” Ujar Bianca dengan gayanya yang masih menunjukkan ke anggunan pada Zain. Padahal sudah jelas napasnya tersengal karena
Zain berdecis kesal, ia menarik dasi hitam yang di pakaianya dan membalut lengan Bianca yang terluka karena menyelamatkannya. ”Berhentilah bersikap bodoh seperti sekarang,kau sedang terluka!” tegur Zain sedikit kasar. Namun setelah itu.. ”Terima kasih, kalau bukan karenamu, aku sudah tiada kali ini.” Sambungnya dengan nada yang cukup tulus.
”Jangan di pikirkan, meskipun kau pria kaku, tapi tetap saja kita adalah pasangan malam ini. Sudah sewajarnya saling menjaga. Lupakan hal mellow seperti ini, masih ada hal lebih penting yang harus di pikirkan sekarang.”
Bzzt bzzt..
Ponsel milik Zain bergetar dan otomatis tersambung melalui earphone miliknya. Bianca yang tahu langsung menganggukkan kepala.
[”Zain, bagaimana situasi saat ini? Mengapa terlihata begitu kacau?”] cecar Ludius begitu panggilan tersambung