Chapter 365 - 365. "Duibuqi" bag 2 (2/2)

”Jangan meminta maaf. Anggap saja ini cobaan dari Tuhan untuk mengeratkan hubungan kita.” Jawab Silvia dengan santai di tengah rasa sakitnya.

”Bibi Yun, mengapa Dokternya belum sampai juga?.” Gumam Ludius, ia tidak bisa melihat istrinya menahan rasa sakit yang di sebabkan karenanya.

Tidak berselang lama, terdengar suara ketukan pintu dari arah depan pintu masuk kamar. ”Permisi Tuan, Saya sudah membawa Dokter Linzy untuk memeriksa kondisi Nyonya Silvia.” Seru Bibi Yun yang masih ada di depan pintu.

”Bawa dia masuk Bi!.” Perintah Ludius.

”Siapa yang datang, Suamiku?.” Tanya Silvia, ia mengerutkan keningnya menahan sakit yang semakin menjadi-jadi.

”Kamu tahan sebentar ya Sayang, Bibi Yun membawa Linzy kemari untuk memeriksa kondisi rahimmu.”

”Uhm.” Jawab Silvia dengan menganggukkan kepalanya.

Bibi Yun masuk bersama Linzy yang sudah memakai jas putih dengan tas yang berisi peralatan medis. ”Permisi Tuan dan Nyonya, saya sudah membawa Dokter Linzy untuk memeriksa.” Kata Bibi Yun,

”Terima kasih Bi, kau kembali dan bawakan bubur kemari untuk Nyonya.”

”Baik Tuan,” Bibi Yun langsung berbalik arah dan kembali ke dapur untuk membuatkan bubur.

Sedangkan Linzy menaruh tasnya di meja dan mengambil beberapa perlatan medis untuk mengecek keadaan Silvia. ”Apa rasa sakitnya kembali kambuh akhir-akhir ini Silvia?.” Tanya Linzy langsung tanpa basa basi. ”Tuan Lu, bisa minggir sebentar. Aku akan memeriksa istrimu.” Kata Linzy dengan sikap yang profesional.

Dengan memegang dadanya, Ludius beranjak dari duduknya. Dia sendiri nyatanya memang sedang terluka cukup parah di bagian beberapa tulang yang perlu di beri perawatan intensif. Linzy yang melihat gelagat Ludius di tambah ada kain putih yang membalut tubuhnya. Sudah pasti Ludius juga dalam keadaan baik-baik saja.

”Kau juga sedang dalam keadaan terluka, Tuan Lu! Sepertinya ada tulang yang retak di beberapa bagian. Kau juga harus melakukan perawatan.” Tegur Linzy.

”Aku  memang tidak bisa menutupinya dari penglihatan yang tajam dari orang sepertimu. Aku memang terbentur beberapa kali di saat pertempuran itu terjadi. Untung saja malam itu aku di tolong oleh seseorang dan memberikanku ramuan yang aku tidak tahu apa itu, hingga aku bisa beranjak dari berbaring lebih cepat dari perkiraan. Kau boleh melihat lukaku, tapi sebelum itu periksa dulu kondisi Silvia.”

”Tentu.” Linzy langsung berdiri disamping Silvia dengan Sfigmomanometer di tangannya untuk mengecek tekanan darah Silvia.

”Silvia, bagaimana rasa sakitnya akhir-akhir ini? Apakah semakin sering dari pada biasanya?.” Tanya Linzy sembari memeriksa kondisi Silvia.

”Benar, akhir-akhir ini rasa sakit ini datang lebih sering dari biasanya. Katakan! Apakah luka ini akan berpengaruh pada janinku di masa mendatang? Meski aku tidak tahu mengenai dunia kedokteran, tapi jika yang terluka adalah jaringan yang ada dalam rahim, sepertinya akan berpengaruh. Benar tidak?.” Kata Silvia menebak, ia berbicara lirih agar Ludius tidak mendengarnya.

”Tidak juga, ini tergantung perkembangan di trimester kedua dan ketiga. Kamu tidak boleh pesimis seperti ini, karena hal ini akan berpengaruh pada kedua janin yang ada dalam kandunganmu.” Ucapan Linzy mungkin ada benarnya juga, tapi masalahnya ada pada rahim yang terluka dan hampir rusak karena peluru kaliber tinggi adalah hal yang bisa di katakan mustahil, kecuali jika menggunakan alat khusus  untuk penyembuhan