Chapter 363 - 363. Akhirnya kamu kembali Sayang.. (1/2)

Setelah kepergian Pangeran Richard dan Putri Emilia dari Mansion Lu, Silvia yang berdiri di depan pintu masih menunggu dengan harap-harap cemas. Tubuhnya yang sudah lelah dan melemah karena seharian harus mengurus semua pekerjaan di kantor, tidak  menyurutkan tekadnya untuk menunggu Ludius kembali.

Tubuhnya yang gemetar dengan kedua tangan saling mengatup didepan dadanya, berharap sambil berdo'a dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi. Silvia yang mencoba bersikap biasa saja agar terlihat tegar di depan semua orang kini matanya basah.

'Suamiku, bagaimanapun keadaanmu saat ini, aku akan disini untuk menunggumu sampai kamu kembali.' Batin Silvia,

Bibi Yun melihat Silvia masih berdiri di depan pintu langsung menghampirinya sambil  membawakan mantel hangat karena cuaca malam ini cukup dingin.

”Nyonya..” panggil Bibi Yun dari belakang, ”Mengapa Nyonya tidak masuk saja dan menunggu kedatangan Tuan Lu di dalam. Nyonya harus memikirkan kondisi anda yang sedang mengandung. Saya tidak bisa mengatakan apapun pada Tuan nanti jika beliau tahu Nyonya memaksakan diri seperti ini.” Tegur Bibi Yun secara halus pada Nyonya nya yang masih berdiri di depan pintu.

”Tidak bisa Bi, sebelum aku melihat kedatangan Ludius, aku akan tetap disini.” Jawab Silvia dengan tatapan kosong melihat hampa ke depan.

”Baiklah jika itu keinginan Nyonya, pakaialah mantel ini, cuacanya di luar sangat dingin.” Ujar Bibi Yun yang memakaikan mantel tebal di punggung Silvia.

Silvia menoleh ke arah Bibi Yun dan tersenyum padanya. ”Terima kasih Bi, sekarang aku jadi lebih baik. Bibi bisa masuk ke dalam.”

”Tapi Nyonya..”

Belum sempat Bibi Yun melanjutkan perkataannya, Silvia sudah terlebih dulu memutusnya. ”...Tidak ada tapi-tapian Bi. Bibi masuk saja.”

Bibi Yun makin tidak enak hati dengan Nyonya nya yang begitu setia berdiri menunggu suaminya Ludius Lu. ”Baiklah, saya akan masuk dan membuatkan minuman hangat untuk Nyonya.” Bibi Yun akhirnya meyerah pada sifat keras kepala Silvia yang masih bersikukuh berdiri untuk menunggu suaminya kembali.

Beberapa menit telah berlalu, dan tanda-tanda suaminya kembali pun belum terlihat. Meski Silvia tidak putus asa di saat kondisinya semakin melemah, namun hati dan matanya semakin basah memikirkan bahwa suaminya kali ini tidak kembali juga. Ia bagai dipermainkan perasaan dan takdir hingga secuil hatinya bahkan sampai menhujat Tuhan nya.

'Jika aku  di takdirkan untuk menjalani kehidupan sehidup semati bersama Ludius, mengapa Engkau masih memberikan cobaan dengan memberikan jarak dalam hubunganku dengannya? Bukankah ini tidak adil Tuhan. Tolong jawab pertanyaanku..!' seru hatinya dalam isak tangis menatap nanar ke atas langit yang gelap.

20 menit telah berlalu, namun tidak ada mobil atau apapun yang memasuki gerbang utama kediaman Lu, tubuh Silvia yang sudah semakin melemah ia paksakan untuk tetap berdiri. Ia pikir, jika suaminya terluka,, maka ia juga ingin berbagi luka dengan nya.

”Hufft..” nafas Silvia mulai tersengal karena suhu udara semakin turun, waktu lambat laun merayap naik.

Di saat Silvia hampir kehilangan keseimbangan dan kesadaran atas dirinya, terdengar suara lirih deru mobil memasuki gerbang utama kediaman Lu. Seketika senyum Silvia mengembang, berharap yang datang kali ini adalah suaminya yang ia tunggu.