Chapter 346 - 346. terbangun di sebuah gubug tua (1/2)

#Keesokan harinya.

-Lokasi hutan Nanjiang,

Terik matahari yang begitu menyengat di pagi hari sudah mulai menyinari hutan Nanjiang yang begitu lebat. Udara pagi ini cukup dingin dengan pencahayaan matahari yang cukup minim dikarenakan masih banyaknya pohon rimbun yang menjulang tinggi.

Ludius yang semalaman kehilangan kesadaran karena beberapa kali terbentur mulai tersadar dan perlahan membuka mata. Begitu kelopak matanya benar-benar terbuka. Ludius tersentak kaget mengetahui dirinya sudah berada di sebuah gubug tua.

”Siapa yang membawaku kemari!.”

Dengan menahan rasa sakit pada beberapa tulang dan sendinya, Ludius beranjak dari tidurnya dan mengedarkan pandangannya kesekeliling ruangan. Karena kondisi tubuh yang masih lemah, ia berjalan perlahan dengan mengandalkan tangan dan dinding sebagai sandarannya bergerak keluar dari gubug tersebut.

”Ternyata sudah pagi yah?.” Gumamnya.

Ludius teringat dengan pertempuran semalam, ia melihat ke bagian tubuhnya sendiri dan meraba bagian telinganya, mencari alat komukasi yang terpasang disana. Namun keadaan Ludius saat ini hanya memakai celana panjang dengan perban putih yang melilit sebagian tubuhnya.

”Dimana pakaian dan perlengkapanku?. Apakah di ambil oleh pemilik gubug ini?.” Fikirnya. Ludius yang belihat bangku memanjang di depan gubug memilih duduk sebentar untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Tap tap tap

Suara langkah kaki mendekat dari arah dalam, Ludius yang mendengarnya bersiap untuk menyerang karena untuk berjaga-jaga siapa tahu yang datang itu seorang musuh.

”Siapa disana!.” Sentak Ludius lantang, dengan mata memandang tajam kearah samping.

”Tuan tenanglah, Tadi malam Ayah saya melihat Tuan pingsan di bibir jurang dan membawanya kemari.” Ujar seorang wanita.

Seorang wanita datang dari dalam dengan membawa nampan berisi satu gelas teh duduk disamping Ludius dan menaruh nampan tersebuh di bangku.

”Silahkan diminum tehnya Tuan.” Ucap si wanita menyuguhkan teh pada Ludius.

Meski terlihat tenang, si wanita diam-diam wajahnya bersemu merah. Entah karena melihat bentuk tubuh Ludius yang sempurna atau karena melihat ketampanan Ludius yang paripurna.

Ludius yang menyadari wanita itu terkesima secepat mungkin langsung menepisnya. ”Nona, dimana pakaian dan semua perlengkapan milikku? Aku harus kembali sekarang juga!.” Ucap Ludius datar, tanpa ekspresi seolah hati nya sediingin es,

”Ada didalam, tapi kondisi tubuh Tuan sedang tidak baik. Bisakah Tuan tetap tinggal sementara waktu sampai kondisi Tuan membaik? Tuan tenang saja, saya akan merawat Tuan sebaik mungkin..” ucapnya dengan sungguh-sungguh, seakan tidak ingin kehilangan Ludius yang saat ini ada didepannya.

”Aku berterima kasih atas kebaikanmu dan ayahmu.  Hanya saja masih banyak urusan yang harus aku kerjakan dan pasti istriku sudah menunggu kepulanganku.”

Ludius tetap menolak secara halus tawaran wanita itu, ia berdiri dari duduknya, dengan tertarih ia masuk kedalam untuk mencari pakaian dan semua barang miliknya.

”Berhenti, Tuan tidak perlu banyak bergerak.” Cegat si wanita dengan memegang lengan kekar Ludius. ”Biar saya  yang ambilkan pakaian dan semua barang milik Tuan.”