Chapter 340 - 340. Berkunjung ke kediaman Ibu Yuliana bag 2 (2/2)
”Dia adalah pria yang di jodohkan Ayahanda denganku. Tapi satu tahun lalu aku mengetahui fakta bahwa dia sering mempermainkan wanita dan banyak dari mereka berakhir tidak baik, dan setiap dia menatapku, tatapannya terlihat beringas. Mengerikan.” Kata Nadia dengan bergidik. Setelah mengatakan kenyataannya, ia menatap tajam Wangchu dan memaksa Wangchu melepas tangannya yang melingkar di pinggangnya.
”Oh, jadi dia pria yang di calonkan denganmu.” Ujar Wangchu sambil memperhatikan kearah pria yang baru saja datang.
”Kau kini sudah tahu, sekarang bisa biarkan aku pergi. Jika Mas Cakra melihat ini, dia pasti akan membencimu lebih dari yang kau bayangkan!.”
”Lepaskan Putri Nadia!, siapa kau, tidak sopan dengan berani berbuat tidak senonoh pada Putri dari Bangsawan Hadiningrat!.”
Wangchu tidak lantas menjawab gertakan Mahendra, ia terlebih dahulu menurunkan Nadia dari pangkuannya. ”Jangan mengatakan apapun, tetaplah disini.” Ujar Wangchu.
”Hei, Wangchu.. aku harap kamu tidak membuat masalah! Kita sedang di rumah orang tahu.”
”Hsst... berisik, diamlah! Aku akan membereskannya!.”
Wangchu beranjak dari duduknya, dengan tenang ia berjalan menghampiri pria yang tengah mengarahkan amarah kepadanya. ”Selamat malam Tuan. Perkenalkan, saya Wangchu utusan dari Tuan Ludius untuk menjemput beliau Bibi Yuliana. Jika ada perlihal yang ingin dikatakan, kita bisa bicarakan baik-baik.” Ucap Wangchu yang sudah berada di depan Mahendra.
Sikap Wangchu kali ini berbeda 360 derajat dari Wangchu yang biasanya terlihat. Kali ini dia begitu tenang, bahkan Nadia kaget melihat bagaimana Wangchu menghadapi Mahendra dengan sangat halus dan cukup bijaksana.
”Oh, jadi kau utusan dari Tuan Lu untuk menjemput Bibi Yuliana. Jika kau hanya seorang utusan, mengapa kau begitu lancang pada Putri Nadia? Dia bukanlah wanita biasa yang bisa kau sentuh seenaknya.”
”Maaf saja Tuan yang terhormat, pada bagian mana saya memperlakukan Putri Nadia dengan tidak terhormat? Jika Tuan ingin mencari kesalahan orang lain, maka anda memilih orang yang salah.”
”Memangnya aku bodoh hah! Kau seenaknya saja memangku seorang Putri dari trah bangsawan. Memang kau pikir kau siapa?.”
”Anda tanya saya siapa?. Baik.. saja adalah Wangchu, kekasih dari Nona Nadia Felisia Hadiningrat. Apa perkataan saya masih kurang jelas?”
”Kau!.” Ucap Mahendra dengan menunjuk Wangchu. ”Lancang sekali mengatakan diri sebagai kekasih Putri Nadia!. Dia adalah calon istriku, bahkan Pangeran sendiri yang menjodohkan kami.”
”Baiklah, itu memang kenyataan untuk saat ini. Tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kalau begitu nikmati kesempatan anda. Dan permisi..” Wangchu langsung berlalu dari hadapan Mahendra.
Wangchu berbalik arah dan ingin keluar dari Kediaman Ibu Yuliana, namun Ibu Yuliana keburu datang dengan membawa nampan berisi beberapa minuman dan camilan untuk tamunya.
”Nak Wangchu, Tunggu. Kamu mau kemana, Nak?.” Tanya Ibu Yuliana memanggil Wangchu.
”Saya mau kembali untuk sementara waktu Bi, ini sudah malam. Tapi izinkan saya untuk menyampaikan beberapa kata sebelum pergi.” Akhirnya Wangchu kembali duduk disofa melihat Ibu Yuliana menyajikan minumannya.
”Bibi Yuliana, selamat malam. Saya datang kemari untuk melihat Nadia, karena saya dengar dia kembali untuk beberapa hari.” Ucap Mahendra menyela,
”Oh, Nak Mahendra yah.. mari silahkan masuk, kebetulan ada Nak Wangchu juga disini.” Ujar Ibu Yuliana mempersilahkan Mahendra duduk.
”Kami baru saja saling bercakap sebentar Bi, dan ingin mengucapkan terimakasih karena sudah menjaga Putri Nadia sampai ke Indonesia dengan selamat.” Ucap Mahendra, ia duduk di sofa samping Wangchu.
Mulut Mahendra yang begitu manis membuat Nadia yang sejak tadi diam berdechis. ”Cih! Dasar pria bermulut manis!.”
”Tuan Mahendra tidak perlu sungkan, Putri Nadia juga bagian dari keluarga Lu, bahkan Silvia sudah menganggapnya adik sendiri.”
Mereka yang terlihat akrab di depan Ibu Yuliana, membuat wanita paruh baya tersebut terlihat lebih tenang, setidaknya itu tidak berdampak pada hubungan semua keluarga.