Chapter 341 - 341. Berkunjung ke kediaman Ibu Yuliana bag 3 (1/2)
”Syukurlah kalian akrab satu sama lain, Bibi senang melihatnya. Ayo Nak Wangchu, Mahendra dan Nadia, dinikmati hidangannya.”
Ibu Yuliana ikut duduk di samping Nadia. ”Ohya Nak Wangchu, bagaimana keadaan Silvia dan Tuan Lu, apakah mereka baik-baik saja?.” Tanya Ibu Yuliana dengan sedikit khawatir, pasalnya Silvia memang jarang menghubunginya akhir-akhir ini.
”Bibi tidak perlu khawatir, Silvia dan Ludius, mereka dalam keadaan baik-baik saja.”
Dari arah pintu, Pak sopr datang membawa barang bawaan dan menyela pembicaraan mereka. ”Permisi Tuan, barang-barang ini akan di taruh dimana?.”
”Taruh saja dimeja Pak,” balas Wangchu.
Pak sopir menaruh barang-barang bawaan dari China di meja. ”Semua barang bawaan sudah saya bawa masuk. Semuanya ada di samping pintu uan.”
”Baik, terima kasih Pak. Anda boleh pergi sekarang.”
Pak sopir pergi dan Wangchu membuka bingkisan yang disiapkan langsung oleh Ludius untuk di persembahkan pada Ibu Mertuanya.
”Bibi, ini ada beberapa hadiah dan bingkisan yang disipakan langsung oleh Tuan Lu, dan permintaan maaf darinya karena tidak bisa datang ke Indonesia dan menjemput Bibi secara langsung.” Kata Wangchu dan memperlihatkan beberapa isi bingkisan yang bertumpuk di meja tersebut.
Beberapa bingkisan tersebut berisi pakaian cheongsham, qipao untuk wanita dan changshan serta samfoo untuk pria. Beberapa jajanan khas orang tionghoa seperti teh Xihu Longjing, salah satu teh yang kebetulan menjadi teh favorit Kaisar Qianlong dan perhiasan emas, gucci, perhiasan dari batu giok, simpul china, dan beberapa kain sutra khas yang hanya ada di China.
”Apa yang di fikirkan menantuku itu, Ibu tahu dia orang yang sangat sibuk, apalagi Silvia tengah mengandung. Tidak perlu repot membawakan banyak hal seperti ini.” Ujar Ibu Yuliana.
”Ini hanya sebagian kecil hadiah yang Tuan Lu bawa untuk Bibi. Tuan Lu berpesan, silahkan Bibi membagikannya dengan sanak saudara dan anggota dari keluarga inti sebagai tanda kekerabatan dari Tuan Lu.”ucap Wangchu dengan sangat halus dan bijak.
Sesaat Nadia yang duduk di samping Ibu Yuliana mencuri lihat Wangchu yang sedang berbicara mewakili Ludius. 'Itu benar Wangchu? Aku tidak sedang salah lihatkan? Bagaimana bisa dalam sekejap dia menjadi pria yang bisa di andalkan?.'
Lain halnya dengan Mahendra yang melihat banyaknya hadiah yang berderatan memenuhi meja, belum lagi yang tergeletak di lantai samping pintu, mungkin jika ditotal semuanya berkisar milyaran rupiah.
”Gila.. semua barang diberikan bernilai jutaan, seberapa kaya si Tuan Lu itu?.” Gumam Mahendra mendengus kesal.
Dari dalam Ayah dari Julian atau si Paman Tommy keluar dan sedikit kaget melihat ada Mahendra yang sudah duduk disamping Wangchu dengan barang-barang yang memenuji meja.
”Wah.. wah.. ada apa ini, Nak Mahendra kemari juga ada urusan apa?.” Tanya Paman Tommy.
Ia datang dan ikut bergabung duduk di sisi lain sofa sambil memperhatikan wajah Mahendra dan Wangchu yang terlihat tidak akrab.