Chapter 272 - 272. Membawamu kembali (2/2)
Dengan langkah yang di percepat dengan perasaan khawatir yang luar biasa Ludius dan Wangchu terus berjalan cepat tanpa henti. ”Sayang bertahanlah..!” kata Ludius dengan bibir gemetar tak dapat mengatakan apapun.
Suhu tubuh Silvia semakin tak menentu dan sudah kehilangan kesadarann cukup lama membuat Ludius semakin khawatir. Akhirnya setelah beberapa menit berlalu Ludius dan Wangchu sampai juga di luar pintu rumah sakit Elit Wutian.
Mobil yang di parkirkan Wangchu tidak jauh dari lokasi, segera ia mengambil mobil tersebut sementara Ludius masih menunggu dengan Silvia yang masih ada di gendongannya..
”Ayo cepat masuk Ludius, kita tidak punya bannyak waktu untuk berdiam diri disini. Kondisi istrimu semakin memburuk”. Seru Wangchu begitu mobil berhenti didepan Ludius.
Wangchu turun dari dalam mobil membukakan pintu mobil tersebut dan membantu Ludius membawa masuk Silvia. Tanpa basa basi Wangchu membawa kemudi mobil dengan kecepatan tinggi.
”Wangchu, ubah arah haluan ke rumah sakit tempat Linzy bekerja, akan lebih baik jika Silvia dirawat oleh Linzy” ujar Ludius.
Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke rumah sakit tempat Linzy bekerja, namun itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Silvia saat ini. Ditengah jalan Ludius mendengar suara lirih istrinya yang membuatnya kaget antara percaya atau hanya halusinasi..
”Sa..yang, akhirnya kau datang...”. gumam Silvia lirih hampir tak terdengar karena suara tenggelam oleh ramainya kondisi jalan.
Awalnya Ludius tak percaya itu suara Silvia bahkan menganggap dirinya mungkin sedang halusinasi karena terlalu mencemaskan istrinya, namun begitu Silvia memgang jemari Ludius yang menyentuh lembut wajah Silvia membuat Ludius percaya bahawa itu suara Silvia,
”Sayang.. akhirnya kamu bangun juga, aku sudah sangat mencemaskanmu. Maafkan aku Sayang, kali inipun aku terlambat untuk menyelamatkanmu”, kata Ludius dengan tubuh gemetar bahkan ia sembunyikan wajah putus asanya dari Silvia yang mulai membuka mata.
”Suamiku.. jangan engkau sembunyikan wajahmu dariku, apakah aku begitu menakutkan?”. Tanya Silvia masih dengan suara serak nan lirih, dengan lembutnya Silvia tersenyum melihat suaminya menyembunyikan wajahnya.
Mata Silvia memang sudah terbuka, namun ia masih belum sepenuhnnya sadar dari pingsannya, sejenak Silvia terdiam mengingat kembali dengan apa yang telahg terjadi padanya. Seketika Silvia tersentak begitu ia menyadari sudah tidak berada di rumah sakit tempat dimana Daniel dirawat,
”|L