Chapter 259 - 259. Istri yang Tsundere bag 2 (1/2)
Ludius yang sedang memakan bagiannya menghentikan makannya dan meletakkan sendok serta garpunya. Ia menghampiri Silvia yang menangis tiba-tiba. ”Sayang.. Mengapa kamu menangis?”. Tanya Ludius,
Dengan sabar dan penuh perhatian Ludius memeluk Silvia dan mengelus punggung istrinya. ”Kalau kamu teringat Ibu Yuliana, kamu nanti bisa pulang ke Indonesia dan tinggal disana”. Tawar Ludius pada Silvia yang masih menangis membasahi kerah kemeja Ludius.
”Tapi kalau aku ke Indonesia, lalu siapa yang akan menemanimu pergi ke England? Aku nggak mau kamu pergi sama wanita lain TITIK!! ”. Emosi Silvia terus berubah, kini ada gurat jengkel di wajahnya.
”Baiklah. Terserah padamu Sayang, yang terpenting berhentilah menangis dan habiskan makananmu.. ”.
”Uhm.. ”.
Ludius melepas pelukannya, ia dengan telaten duduk di samping Silvia dan menyuapi istrinya yang saat ini Mood nya benar-benar berubah 180 derajat dari biasanya.
***
Waktu telah tersita setengah jam lamanya hanya untuk menyuapi Silvia. Ludius yang masih harus ke kantor begitu melihat sudah jam bergegas dari tempat duduknya. ”Sayang, aku harus ke kantor. Kamu baik-baik di rumah, dan jangan pergi tanpa pengawal atau teman. Kamu bisa menghubungi Lingling atau Nadia, aku dengar Lingling akan berada cukup lama di China”. Ujar Ludius.
”Baiklah.. Aku akan di rumah saja. Lagi males banget ngapa-ngapain”. Setelah selesai makan, Silvia menghampiri Ludius dan untuk kedua kalinya di pagi hari ini ia mencium pipi suaminya. ”Sayang, makasih yah sarapannya. Tadi enak sekali dan ngingetin aku sama Bunda”. Kata Silvia dengan senyum manisnya.
Ludius sebenarnya masih ingin meladeni Silvia lebih lama, namun ia teringat pagi ini masih banyak hal yang harus ia kerjakan. Ludius hanya tersenyum tidak menyahut dan langsung pergi menaiki tangga menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan bergegas ke kantor. Meski Ludius memiliki pesawat pribadi yang bisa take on kapan saja. Namun ia masih harus memikirkan tempat serta kejutan apa yang akan diberikan pada Silvia untuk menyenangkan hatinya.
5 menit berlalu dari kamar Ludius keluar sudah memakai jas hitam single beastred, karena suhu hari ini cukup membuat Ludius gerah, atau mungkin ia gerah karena sempat menahan nafsunya tadi pagi. Yang jelas ia pagi ini tidak memakai dasi dan kancing bagian kerah serta di bawahnya dibiarkan terbuka membuat otot-otot di bagian leher dan pundak menjadi terlihat jelas.
Ludius yang biasa berpakaian formal dan rapi, pagi ini terlihat begitu berbeda, lebih tepatnya terlihat lebih tampan dan menggoda iman.
'Arrgh.. Mengapa suamiku selalu berpenampilan eksotis sih.. meski ia pria? Mata ini tak kuat untuk melihat yang kotak-kotak ya Tuhan..'. Batin Silvia.
”Sayang, mengapa kamu memandangku seperti itu?” tanya Ludius, ia yang menyadari mata Silvia tertuju padanya melihat diri sendiri apakah ada yang salah dengan dirinya.
Seketika senyum tipit mewarnai bibir Ludius, ia yang memakai kemeja hitam dengan jas hitam yang hanya disampirkan di punggungnya memang membuat Aura dinginnya mencuat. Apalagi ia tidak memakai dasi dan terlihat lebih santai.
”Suamiku, apa kau tidak bisa mengancing bajumu dengan benar? Masih tertinggal 2 kancing yang tersisa! Atau kamu ingin pamer bentuk tubuhmu pada staf dan karyawan mu?!”. Todong Silvia, pernyataan sekaligus sindiran Silvia membuat pagi Ludius lebih berwarna.
Ludius yang melipat sedikit lengan baju karena memang ia merasa gerah di pagi hari semakin menambah ketampanannya karena semakin banyak otot-otot bisep yang terlihat. Ia serta merta menghampiri Silvia yang sedang memandangnya intens dirinya dari ruang makan.
”Sayang, pagi ini kamu sudah membangunkan Ludius kecil dan pergi begitu saja.. itu benar-benar membuatku merasa gerah! ”. Ujar Ludius,
Wajah Silvia bersemu merah, malu… ? tentu saja tapi jika mereka melanjutkan hal yang terjadi di dapur, mungkin Ludius akan kekurangan waktu untuk mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatannya ke Jeju.
”Iya.. Aku minta maaf Tuan Lu”.