Chapter 235 - 235. Makanlah Sayang, kalau tidak... (1/2)

”Terima kasih Bi, kau boleh kembali. Ah.. Iya, beritahu Longshang sore ini aku ingin dia kemari. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya”.

”Baik Tuan Lu, saya akan memberitahukan Tuan Longshang untuk menemui anda sore nanti. Saya permisi Tuan”. Bibi Yun menundukkan setengah badan lalu keluar dari kamar Silvia.

”Sayang, Bibi Yun sudah membuatkanmu bubur hangat. Jadi istriku yang manja ini harus makan dan menghabiskannya”. Bujuk Ludius pada Silvia yang masih setengah enggan untuk beranjak dari tidurnya.

”Aku tidak lapar suamiku, nanti saja ya makannya.. ”. Rengek Silvia manja, ia menggelengkan kepalanya dengan bibir bersungut.

”Sayang.. Tidak ada kata nanti, kau harus makan sekarang. Kalau tidak.. ”.

”... kalau tidak apa?! ”

”Kalau tidak aku akan memaksamu untuk makan dengan caraku sendiri. Misal seperti ini…”.

Tanpa memberi aba-aba Ludius mendekati Silvia dan menarik pinggang Silvia hingga tubuh mereka saling bersentuhan. Wajah Silvia yang terlampau dekat dengan Ludius membuat Silvia tidak bisa menghindari ciuman nakal suaminya.

Bibir ranum Silvia yang merah merona membuat rasa ciuman kali ini lebih nikmat. Ludius yang pada dasarnya telah berhasrat pada istrinya sedikit memaksakan ciuman nakalnya. Dengan liarnya Ludius melumat, menyesap bibir atas dan bawah istrinya. lidahnya yang menganggur ia masukkan lebih dalam mengulum memainkan nya mengikuti ritme nafas istrinya yang terdengar jelas ditelinga.

Tidak hanya itu, tangan kiri Ludius yang jahil menyusup ke dalam Dress longgar istrinya hingga sampai pada bagian sensitif istrinya.

”Uuhm.. ”.

Silvia yang mendapat paksaan ciuman hanya bisa pasrah akan keliaran suaminya. Perlahan namun pasti Silvia menerima ciuman nakal suaminya hingga beberapa saat lamanya, dan tanpa terasa nafasnya mulai terengah.

Melihat nafas Silvia yang tidak stabil, Ludius melepas ciumannya hingga tercetak benang saliva diantara keduanya. Tidak puas dengan itu, Ludius menenggelamkan wajahnya di sela leher jenjang Silvia. Ia menghisap dan menggigit hingga meninggalkan bekas merah di beberapa bagian.

”Suamiku.. Ini masih siang, ayolah… ugh.. ”. Erang Silvia yang mulai menikmati kenakalan suaminya.

Melihat rintihan kenikmatan Silvia, Ludius menghentikan sejenak aktivitasnya. Dengan menatap lembut kedua mata indah Silvia Ludius menanyakan kembali. ”Berjanjilah kalau kau mau memakan buburnya Sayang, kalau tidak kita lanjutkan permainan kita yang tertunda ini..”. Kata Ludius jahil, ia bahkan memberikan senyum mautnya di depan Silvia yang hanya berjarak beberapa senti.

”Uhm baiklah, tapi jangan di lanjutkan ya suamiku, kondisiku kan masih lemah. Tunggu aku enakan ya..”. Tawar Silvia, binar matanya bagai anak kecil yang sedang merajuk meminta maaf karena kesalahannya,

”Itu tergantung, kalau istriku ini nakal kembali maka suami akan dengan senang hati memberi istri pelajaran berharga.. ”. Ledek Ludius kembali ,