Chapter 217 - 217. Hanya Fashion, mengapa harus memperdebatkannya?! (1/2)
Begitu langkah kaki Ludius dan Silvia memasuki kantor, sontak semua karyawan menyambut dengan antusias. ”Selamat datang kembali Tuan dan Nyonya Lu”. Sapa para karyawan kompak
Ludius menghentikan langkah kakinya, ”Terima kasih karena kalian sudah menyambut kedatangan istri saya di kantor ini. Sebagai ungkapan terima kasih, saya akan mengundang semua karyawan disini untuk menghadiri party malam nanti di bar Angel ” Seru Ludius,
Seketika beberapa karyawan riuh mendengar sebuah party yang diselenggarakan Ludius. Bayangkan saja, Ludius yang terkenal loyal terhadap orang yang lain selagi mereka tidak mengusiknya ini mengundang satu kantor. Pesta wine di bar adalah impian para pasangan muda di kantor.
”Ludius.. Kau tidak sedang bercanda kan mengajak mereka party di bar?”. Bisik Silvia dengan nada penolakan,
”Tentu saja tidak, kenapa Sayang? ”.
”Kau tidak lupa bukan dengan status istrimu? Kalau kau mau pergi. Pergi saja sendiri! Aku tidak ikut”. Kata Silvia merajuk lalu pergi meninggalkan Ludius yang masih di kerumuni karyawannya,
”Tap.. Tapi Sayang..”. Panggil Ludius namun Silvia tetap melanjutkan langkahnya, dan itu mengundang gelak tawa beberapa karyawan yang melihat,
”Ludius, sepertinya kau memang sudah diperbudak cinta”. Ujar Longshang yang ada di belakangnya
”Diam kau”. Balas Ludius, ia menatap karyawannya satu persatu. ”Kalian kembalilah bekerja! Bubar.. ”. Tegas Ludius menutupi rasa malunya.
(contoh bucin yang sudah akut )
***
Ruang Direktur Utama,
Di ruang Direktur Utama Silvia duduk di sofa dan memperhatikan ruangan Ludius yang memang terlihat luas, 'Sudah lama aku tidak kembali ke ruangan ini, rasanya seperti dejavu'. Batin Silvia,
TOK.. TOK.. TOK..
Dari luar terdengar suara ketukan pintu. ”Permisi.. Tuan Lu, Saya datang membawa laporan mengenai keuangan bulan ini”. Ujar seorang wanita di luar pintu,
”Masuk.. ”, Balas Silvia,
Begitu pintu dibuka terlihat seorang wanita yang memakai pakaian kantor yang seksi dengan rok pendek yang hanya sejengkal dari paha. Silvia yang melihat sontak terkejut, wanita yang selalu ada disamping suaminya ternyata bertubuh sintal dan indah.
”Nyonya Lu?! ”, Sepatah kata keluar dari mulut Bianca yang masih di ujung pintu,