Chapter 201 - 201. Antara Amarah dan Cemburu bag 2 (2/2)
Seorang CEO dan Ketua Mafia Naga Imperial lemah di depan seorang istri. Harga diri seketika turun DRASTIS!!.
”Salah sendiri bicara seenaknya saja, memangnya aku terima”. Silvia memasang wajah cemberut,
'Mengapa seolah jadi aku yang terlihat salah disini?'. Batin Ludius.
”Aaagh… Kau mau apa Tuan Lu?”. Teriak Silvia.
Ludius menarik lengan Silvia hingga terjatuh di atas kasur, dengan jahilnya Ludius mendekap erat Silvia dari belakang. Tangannya yang kekar melingkar di perut Silvia menjamah kedalam pakaian yang hampir terbuka.
”Mau memelukmu seperti ini! Memangnya tidak boleh?”. Ludius meraba perut Silvia yang sepertinya kian membesar,
”Tuan Lu.. Ini masih siang! Bagaimana kalau ada orang yang datang? Malu tahu”. Omel Silvia.
”Biarin saja orang lihat, lagipula sejak kapan Istri Ludius Lu jadi cerewet begini? Hmmm… Berarti kalau malam tidak masalahkan?”. Tanya Ludius dengan Ledekannya.
”Ah.. Kalau itu… ”. Silvia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, perasaan malu masih saja menyelimuti dirinya meski bukan lagi pangantin baru.
”Kalau apa? Kalau itu tidak masalah bukan?”. Ledek Ludius kembali,
”Ludius.. Apakah kau tidak merasa bosan meledeki istrimu terus?”. Rengek Silvia.
”Habisnya Tuan Lu ini benar-benar merindukan istri yang jutek ini, sehari saja tidak meledeknya mana bisa tahan”.
”Hnng… Jahil”. Ujar Silvia dengan wajah cemberut.
”Biarin, sama istri sendiri apa yang harus aku takutkan... ”. Ludius yang mendekap Silvia menyadari waktu terus berjalan. ”Sayang.. Kamu hamil sudah jalan berapa bulan?”.
Pertanyaan Ludius membuat Silvia berpaling padanya, kini mereka saling tatap dan pandang dengan tangan Ludius yang masih mendekap erat istrinya.
”Aku hamil sudah 2 bulan, bulan ke 4 kita pulang ke Indonesia ya.. ”. Rengek Silvia.
”Memangnya kamu mau ngapain pulang ke Indonesia Sayang?”.
Silvia memanyunkan bibirnya cemberut, ”Kamu takkan tahu, di Indonesia ada acara 4 bulanan bagi wanita yang hamil memasuki bulan ke 4”.
”Kamu percaya hal begituan?”. Tanya nya seolah semua adat dan kebiasaan adalah omong kosong belaka.
”Issh.. Kamu memang tidak tahu apapun! ”.
”Sayang.. Karena aku tidak tahu makanya aku tanya, memang untuk apa diadakan acara begituan?.”
”Tuan Ludius Lu.. Aku tahu kamu masih belum sepenuhnya percaya akan adanya Tuhan. Tapi alasan diadakannya acara 4 bulanan adalah untuk mendoakan janin dan Ibu janin agar selalu di beri kesehatan, keselamatan. Maka dari itu di Indonesia ada acara 4 bulanan, apalagi aku masih kerabat Keraton yang menjunjung tinggi adat Jawa Kuno”.
”Baiklah.. Jika sudah memasuki 4 bulan kehamilanmu kita akan terbang ke Indonesia. Ibumu juga sepertinya rindu padamu ”. Kata Ludius lembut, ia mengecup kening Silvia. ”Sudahlah Sayang, jangan cemberut terus, senyum dong..”. Ludius menarik hidung mancung Silvia.
”Auugh.. Iya.. Iya, aku nggak ngambek lagi. Habisnya kamu sih yang mulai duluan”.
”Awas kalau jahil lagi, aku jitak lagi baru tahu rasa!”. Ancam Silvia.
Ludius malah tertawa. ”Hehe.. Iya iya, cukup sayang. Ini sudah siang, waktunya untukmu tidur. Ingat.. Jangan terlalu lelah”.
”Belum mengantuk”. Jawabnya singkat,
”Kamu memang tidak pandai membuat alasan, jujur saja kalau memang masih ingin di peluk olehku”. Kata Ludius usil dengan tawa renyah. Wajah merona Silvia sudah cukup membuat hati Ludius tenang.
'Setidaknya kamu tidak terlalu terbebani kehamilanmu Sayang… '.