Chapter 202 - 202. Antara Amarah dan Cemburu bag 3 (1/2)

Silvia tidak menyahut ledekan Ludius. Kalau boleh jujur, hal sederhana seperti ini memang sesuatu yang sangat Silvia rindukan. Berdua ditemani ledekan dan keusilan Ludius yang khas, bercampur tawa renyah tanpa ada yang mengganggu. Terasa seperti pasangan harmonis pada umumnya. Bukankah ini yang di impikan semua pasangan..?

”Tidurlah Sayang, biarkan seperti ini untuk beberapa saat. Hanya dengan memelukmu baru aku benar-benar bisa memejamkan mata”.

Hanya butuh waktu beberapa menit untuk Ludius benar-benar tertidur, ia yang memeluk Silvia tidur dalam keadaan terlelap. Meski Silvia sedikit sesak karena sedang berbadan dua, tapi ia tidak ingin beranjak dari sisi Ludius.

”Tidurlah dengan lelap suamiku, jika dengan cara ini mampu membuatmu tidur dalam damai. Maka aku dengan senang hati berada di sisimu seperti ini”.

Silvia meraba wajah indah Ludius selagi ia tertidur. Bak Pangeran di Negeri dongeng, Ludius memang memiliki wajah dan penampilan yang sempurna. Hidung mancung, dengan wajah yang memiliki aura tidak biasa. Siapa yang tahu mungkin Ludius sebenarnya masih memiliki darah keturunan Kerajaan...

”Rasanya seperti baru kemarin aku mengenalmu, dan kini kita benar-benar sedang bersama meski sedang di Rumah Sakit sekalipun”. Gumamnya.

”Tidak ada penyesalan sedikit pun aku memilihmu, meski harus tersandung dan jatuh bangun berkali-kali asal itu denganmu dan dengan keyakinan kita pada Impian akan adanya masa depan yang damai. Aku takkan menyerah”. Ungkap Silvia didepan suami tercintanya.

Sorot Mata hitam legam Ludius yang selalu memancarkan kekuasaan dan kekejaman akan ambisinya perlahan mulai memudar. Bukan Ludius menjadi lemah, hanya saja dia menjadi lebih memaknai akan hidup setelah ia bertemu Silvia.

Keyakinan yang Silvia anut dan pegang teguh perlahan merobohkan pancaran dan aura kekejaman serta ambisi yang selalu menyelimuti Ludius. Ia yang dulu arrogan, memandang rendah orang mulai belajar untuk memahami orang lain.

Silvia perlahan menutup mata menikmati indahnya saat-saat bersama meski hanya sebatas berpelukan dengan tidur bersama di Rumah Sakit.

Inikah yang disebut TAKDIR??

Bukan tidak mungkin terjadi pada orang lain, karena pada kenyataannya itu telah terjadi pada mereka berdua.

CINTA..

Kadang orang menganggap CINTA sebagai ungkapan rasa saling menyukai belaka. Pada dasarnya CINTA memiliki makna lebih dalam bahkan kedalamannya tidak akan pernah bisa diukur dengan apapun.

Lalu apa bedanya SUKA, CINTA, dengan TAKDIR. Bukankah itu mengacu pada arti dan tujuan yang sama???,

***

1 jam telah berlalu, Ludius yang terbangun lebih dahulu melihat Silvia masih tertidur hanya tersenyum. Sesekali ia meringis kesakitan karena bekas operasi yang baru saja dilakukan pagi tadi.

”Aku hampir lupa akan ada rapat mengenai kerja sama dengan Qin Grup siang ini di Kantor. Aku tidak tahu apa yang akan Dewan Direksi lakukan jika mereka menemukan celah untuk membuatku terlihat bersalah”.