Chapter 182 - 182. Amarah Julian Bag 2 (1/2)

”Kau mengerti akan hal ini, tapi mengapa kau masih saja melakukannya? Apa kau tahu bagaimana Silvia menghadapinya di belakangmu!!”. Teriak Julian.

Ludius terdiam tanpa memberi perlawanan, ia justru gentar dengan perkataan Julian yang menohok hatinya. ”Bagaimana Silvia menghadapinya di belakangku?”. Kata Ludius mengulangi perkataan Julian.

Sesaat Ludius memandang kearah Silvia dengan pertanyaan yang sama di hatinya. 'Bagaimana Silvia menghadapinya di belakangku?'.

Buackk..!!

Julian masih belum selesai, ia memberi pukulan kedua tepat di bagian perut disaat Ludius sedang memandang Silvia dengan pertanyaan yang sama dalam hati.

Ludius yang mendapat pukulan kedua kalinya masih diam, ia justru memilih menghampiri Silvia dan menanyakan hal yang sama. ”Bagaimana kau menghadapinya di belakangku Sayang.. Apakah selama ini kamu benar-benar telah terluka tanpa aku sadari?”. Tanya Ludius miris.

”Aku baik-baik saja Ludius, perasaan terluka kadang-kadang singgah itu wajar. Aku tahu kau mencoba untuk adil demi Azell, sesama wanita aku tidak akan menyalahkan Shashuang atau menyalahkanmu”. Balas Silvia mencoba menenangkan, Ia menyentuh perlahan wajah bengkak Ludius.

”Kau pria bodoh atau apa!! Jangan terlalu naif Ludius. Wanita mana yang terima dengan kedatangan wanita lain dari masalalu suaminya. Meski Adikku diam dan mengatakan baik-baik saja tapi dia tetaplah wanita. Sadarlah Ludius, kau tidak akan bisa berbuat adil diantara 2 wanita..!”. Kata Julian menyela pembicaraan Ludius dengan Silvia dengan nada tinggi. Emosinya seakan memuncak melihat Ludius dengan pemikirannya yang terlalu naif.

”Julian, Aku tahu aku salah dengan berfikiran NAIF!!, lalu katakan… Aku harus bagaimana dengan Shashuang, Apakah aku harus menelantarkannya begitu saja disaat Azell bersamanya?.

”Julian cukup..! Sudah cukup kau memberi pelajaran pada Tuan Lu”. Cegah Nadia. Ia tahu apa yang dilakukan Julian ada benarnya, tapi mencecar dan memojokkan Ludius terus-menerus akan memperkeruh suasanya.

”Aku sepertinya harus pergi, kalian teruskan saja perkelahiannya tanpaku”. Sela Shashuang.

Kemarahan Julian yang memang belum reda mendengar sepatah kata dari Shashuang langsung menghampirinya. ”Apa kau bilang, pergi!!”. Pekik Julian. ”Kau masih bisa sesantai ini meski sudah membuat keributan sebesar ini?. Kau anggap ini lelucon hah?”.

”Iya! Ini memang hanya lelucon yang bahkan tidak lucu untuk di lihat. Kau sendiri juga mau melabrakku dan membela adikmu yang baik itukan! Kalau begitu labrak aku sesuka hatimu, aku akan diam mendengarnya disini!”. Ujar Shashuang dengan setengah emosi.

”Tentu saja aku akan membela adikku karena dia sudah menikah dengan orang yang kau cintai. Mengapa kau tidak menyerah saja dan memulai kehidupan yang baru?”. Kata Julian berkilah.

”Mudah sekali kau berbicara Tuan! Memang pria mana yang mau menikahi wanita tanpa status yang sudah ternoda dan memiliki anak sepertiku? Kalian hanya bisa mengolokku tanpa tahu bagaimana aku menjalani hari-hariku dalam penghinaan didepan orang! Aku juga masih memiliki harga diri!”.

Shashuang mengatakan segalanya didepan semua orang yang berada di ruang makan, ia meluapkan segala emosinya yang menumpuk. Akhirnya setelah sekian lama ia dapat mengatakannya.

Semua terdiam dengan perasaan simpati mendengar pembelaan Shashuang, terlebih Julian yang baru saja berdebat dengannya. Ia merasa kesal sekaligus prihatin pada posisi Shashuang. Julian menundukkan wajahnya malu, malu akan apa yang telah ia katakan pada wanita yang sebenarnya juga terluka. Ia berfikir dengan keras dengan hal ini, akhirnya ia mengangkat kepalanya tegak.