Chapter 173 - 173. Hujan (1/2)

Detak jantung Silvia tidak henti-hentinya berdetak, rasa sesak memenuhi ruang hatinya. Bayangan 3 tahun yang ia jalani bersama Ludius seakan muncul satu persatu. Kenangan duka dan lara masih nampak jelas di depan matanya.

Bukankah Tuhan mempertemukan kita untuk saling jatuh cinta?

Tidakkah ini juga bagian dari rencana Nya?

'Kau selalu menyembunyikan setiap duka dan laramu dari semua orang, bahkan dariku orang yang kau cintai. Lalu.. Bagaimana cara menghapus setiap duka dan laramu?'.

==========

Aksara hati takkan mampu terucap layaknya nyanyian tanpa syair dan nada.

Bisikan halus menyemai luka, tidakkah itu terlalu perih?

Biarkan langkah hati ini menggapaimu yang tengah sendiri,

Lukamu lukaku..

Sedihmu sedihku..

Tidakkah kau tahu itu?

Aku dan kau..

Memiliki ikatan yang tidak terlihat namun jelas,

Bagai benang merah yang saling terhubung.

Kau dan aku..

Cinta kita yang tidak biasa..

Memiliki takdir untuk bersama, mengapa masih harus terpisah?

==========

”Aku disini Sayang, kau boleh menangis di pelukanku. Berbagilah rasa lelahmu denganku, karena hanya aku yang dapat memahami perasaanmu”. Tiba-tiba air mata Silvia jatuh membasahi wajah Ludius.

Perlahan Ludius merasakan kesejukan yang mendekatinya, seolah Silvia tengah merengkuhnya di saat ia dalam kegelapan. Ludius terbangun dari mimpi buruknya dan melihat sosok yang ia kenali.

”Sayang.. Mengapa kamu ada disini?”. Tanya Ludius dengan wajah yang sedikit pucat, tangannya tanpa sadar memegang wajah Silvia yang basah. ”Kamu menangis?”. Tanya nya kembali.

”Mataku hanya kelilipan debu. Kamu sendiri mengapa tertidur di dalam kantor seperti ini? Apakah tidurmu nyenyak?”. Tanya Silvia balik, ia memperhatikan wajah tampan suaminya yang selalu menjadi pujaan setiap wanita.

”Bohong, kau tidak pandai berbohong. Akhir-akhir ini aku selalu bermimpi buruk, semua yang ada dalam genggamanku lepas begitu saja dari tanganku. Dan yang paling aku sesali adalah aku tidak bisa menjagamu hingga kamu lepas dari pelukanku”.

”Itu hanya sebuah mimpi, seperti yang kamu lihat Aku masih ada disini. Kamu mau ikut denganku pulang?”.

”Sayang, kondisimu belum membaik. Mengapa kau selalu kabur dari rumah sakit?”.

”Aku bosan, lebih baik kita kembali kerumah dan makan siang bersama”. Bujuk Silvia.

Ludius beranjak dari kursinya dan mengecup kening Silvia. Ia mengangkat Silvia dalam pelukannya dan membawa Silvia keluar dari ruangannya. Didepan ruang Direktur sudah ada Lianlian yang ingin menemuinya.

”Ludius, apakah kau akan kembali?”. Tanya Kakak Lian yang melihat. ”Mengenai Dewan Direksi..”. Belum sempat Lianlian meneruskan perkataannya Ludius sudah memotongnya.