Chapter 172 - 172. Memejamkan mata (1/2)

Langkah cepat Ludius menandakan kemarahannya tidaklah sedikit, siapapun akan merasa di khianati jika tiba-tiba mendatangkan orang baru untuk mengatasi hal yang sebenarnya mudah namun dibuat pelik.

Ludius kembali ke ruangannya, ia yang merasa lelah menyandarkan tubuhnya di kursi Direktur, dimana orang-orang menginginkannya. Saya

”Ini baru permulaan, aku merasa ada hal besar yang akan terjadi di kemudian hari. Secepatnya harus menyingkirkan penghalang sebelum masa itu tiba. Memimpikan hidup sederhana hanya berdua dengan Silvia.. Sepertinya itu memang hanya akan menjadi mimpi belaka”.

Tok… tok…

”Permisi Tuan, bolehkah saya masuk?”. Tanya seseorang di luar pintu .

”Masuklah!”.

Dari luar pintu Bianca masuk dengan anggun, wanita dengan tubuh tinggi semampai ini membawa dokumen dan berdiri disamping Ludius.

”Tuan Lu ada tamu untuk anda. Beliau adalah Tuan Daniel Qin yang menandatangi kontrak bersama Tuan Lian beberapa waktu yang lalu”.

”Baik, temani aku menemui Tuan Daniel”.

”Baik Tuan”.

Ludius yang baru beberapa menit bersandar kembali berdiri untuk menemui seseorang. Lelah…? Tentu saja tidak, tidak ada didalam kamus Ludius Lu untuk merasa lelah menghadapi lawan atau kawan. Tapi.. Ada kalanya seseorang juga merasa jenuh, kejenuhan yang membunuh secara perlahan.

Bianca tanpa memberi aba-aba menggandeng lengan Ludius yang berjalan di depannya. Begitu lancang, namun apa yang di fikirkan Ludius hingga dia diam tanpa berkata atau menegur?

”Tuan Daniel, senang berjumpa dengan anda disini”. Sapa Ludius sesampainya di ruang khusus tamu.

”Tuan Ludius, baru kali ini kita dapat betatap muka. Senang berjumpa dengan anda”. Daniel mengulurkan tangannya dan saling berjabat tangan.

”Tuan Daniel, silahkan duduk. Ada gerangan apa Tuan Daniel datang menemui saya di kantor?”.

Alih-alih menegur atau hanya menyindir, Daniel tersenyum dengan memberikan pertanyaan yang membuat Ludius harus membohongi perasaannya.

”Tuan Lu, saya dengar anda sudah menikah. Apakah Nona ini adalah istri anda?”.

”Untuk apa Tuan Daniel mempertanyakan ini? Bukankah kita akan membicarakan mengenai kontrak kemarin?”.

”Mengenai kontrak sudah jelas, Kakak anda sudah menandatanganinya. Saya hanya ingin menanyakan istri anda. Tidakkah ini memalukan.. Menggandeng wanita lain di belakang istri yang sangat setia. Apakah anda sangat tidak menginginkannya?”.

Pedas.. Sungguh pedas perkataan dari Daniel, Tapi Ludius hanya bisa diam. Ada sejuta alasan mengapa ia melakukan ini, bukan karena melupakan Istri tercintanya. Ia hanya menganggap ini bagian rencana dan kedekatan antara Bos dan Karyawan.

Apakah cara ini juga masih di katakan munafik..?