Chapter 170 - 170. Gadis Berdarah Biru (1/2)

Shashuang pergi begitu saja dari ruang rawat dengan membawa emosi. Keadaan menjadi hening kembali, tanpa ada sepatah kata dari Silvia seolah mengacuhkan Ludius.

”Sayang, apakah kamu mempercayai perkataannnya?”. Tanya Ludius angkat bicara setelah diam begitu lama membiarkan kedua wanita berdebat didepannya.

”Apakah kau senang sekarang, dua wanita berdebat hebat hanya untuk memperebutkanmu? Sudahlah, aku mau tidur!!”. Silvia kembali berbaring dan menarik selimutnya.

Tanpa meminta persetujuan Silvia, Ludius begitu saja berbaring di samping Silvia. ”Selamat malam Sayang, selalu mimpi indah..”. Kata Ludius sambil memeluk Silvia.

***

Pagi telah bersambut tanpa adanya suara, keheningan Rumah Sakit yang membuat Ludius enggan beranjak dari sisi Silvia sontak dikagetkan dengan suara ketukan pintu.

Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu yang tiada henti membuat Ludius merasa terganggu. Dia yang akhirnya bisa meluangkan waktu untuk tidur bersama Silvia mulai mendengus kesal.

'Arrgh.. Setelah sekian lama akhirnya aku dapat memiliki waktu berdua dengan Silvia, sepagi ini siapa sebenarnya orang yang ingin mencari masalah denganku?'. Batin Ludius geram. Dia tetap diam tidak mempedulikan siapa yang datang.

Silvia yang mulai terbangun dari tidurnya menyingkirkan tangan Ludius yang mendekapnya. Dia beranjak dari tempat tidurnya secara perlahan, takut membangunkan suaminya. Silvia membuka pintu dan melihat dua orang tengah berdiri didepannya.

”Pagi Silvia, bagaimana keadaanmu?. Aku yang mendengar kau sedang di Rumah Sakit jadi ingin menjengukmu”.

”Kak Julian, kapan Kakak sampai di China hingga sepagi ini sudah sampai disini?. Ayo masuk Kak. Ohya, wanita di samping Kakak.. Sepertinya aku mengenalnya”.

”Dia adalah sepupu kita, adik dari Pangeran Cakra Hadiningrat yaitu Putri Nadia Felicia Hadiningrat”.

Seketika Silvia tersenyum dan membungkukkan setengah badannya memberi hormat.

”Putri Nadia.. Maaf atas ketidaktahuan saya Putri. Mari.. Silahkan masuk..”.Silvia mempersilahkan tamu untuk masuk. Ia yang melihat Ludius masih tertidur membangunkan Ludius secara paksa.

”Bangun Tuan Lu, ada tamu disini! Apa urat malumu telah putus seenaknya saja tidur didepan mereka!”. Bisik Silvia.

Seketika Ludius terbangun dari tidurnya dan tersenyum nakal pada Silvia. ”Sayang, kamu jahat sekali sepagi ini sudah membangunkanku!”.

”Tuan Lu, ini sudah jam 07.00, apa suamiku ini tidak memiliki urusan di kantor sehingga memilih untuk menjadi pasien disini?”.

”Baik-baik.. Aku kalah”. Ludius melihat kearah tamu yang baru saja datang. ”Julian, rupanya itu kau? Siapa wanita cantik disampingmu itu?”. Ludius beranjak dari ranjang dan mengambil setelan jas yang ia sampirkan di lemari samping kasur.

”Tuan Lu, jaga sikapmu! Dia adalah Putri Nadia dari Keraton Hadiningrat. Bagaimanapun dia masih keturunan Darah Biru (Bangsawan)”.

”Mbak Nadia tidak perlu sungkan, lagi pula kita juga masih kerabat. Ohya, ada salam dari Mas Cakra buat Mbak Nadia, katanya maaf waktu Pernikahan Mbak Mas Cakra tidak bisa hadir karena ada urusan. Mungkin dalam waktu dekat Mas Cakra akan ke China untuk sebuah pekerjaan”.

”Pangeran Cakra yah, sudah lama tidak mendengar kabarnya. Dulu kami adalah teman masa kecil. Ehm.. Putri Nadia sendiri bisa berada di China apakah sedang ada urusan penting?”.

”Sebenarnya saya ke China karena untuk melanjutkan Kuliah S2 di Universitas Jiao Tong”.