Chapter 169 - 169. Emosi yang tak Stabil (1/2)

Memandang wajah Silvia yang bersemu merah membuat Ludius semakin ingin menggodanya. Dia masih tetap diam pasrah pada istrinya yang sedang membuka setiap kancing kemeja yang ia pakai.

”Mengapa terus melihatku seperti itu, apa ada yang aneh?”. Tanya Silvia selidik dengan mata melirik ke arah Ludius.

”Tidak.. Bukan apa-apa. Hanya sedang memandang wajahmu”.

”Bohong! Pria playboy sepertimu pasti sedang memikirkan hal aneh, entah sejauh mana kamu berkhayal”. Kata Silvia sambil membuka kemeja Ludius yang bersimbah darah.

”Apakah kamu ingin tahu siapa wanita yang setiap saat menganggu fikiranku?. Bahkan jika aku berada di dunia lain hanya satu wanita yang tidak akan pernah ku lupa”.

”Modus..! Pandai sekali suamiku bersilat lidah. Pantas semua wanita menginginkanmu”. Silvia memandangi setiap inci dada bidang suaminya.

”Suamiku, tubuhmu masih sangat indah meski sedang terluka. Betapa ruginya aku jika wanita lain juga bisa menikmati indahnya tubuhmu”.

”Setelah sekian lama, mengapa kamu baru menyadari ini Sayang. Aku kecewa”. Seketika wajah Ludius merengut, pria yang di kagumi sejuta wanita tak pernah terlihat di mata istrinya. Tidak berselang lama terdengar suara ketukan pintu.

Tok.. Tok..

”Permisi, saya izin masuk Nyonya!”. Sapa seorang suster di luar pintu.

Mendengar suara seseorang didepan pintu, secepatnya Silvia menutup membenahi kembali kemeja yang sudah setengah terbuka.

”Sayang, kamu membenahi kemejaku lagi? Apakah kamu takut pesona suamimu akan memikat wanita lain?”. Bisik Ludius.

Bletak… !

Setelah memakaikan kembali kemeja Ludius, Silvia menjitak kepala Ludius. ”Diam..! Awas kalau kamu macam-macam!”. Silvia membenarkan posisi duduknya. ”Silahkan masuk Sus, pintu tidak di kunci”.

”Sayang, aku ini Ketua Mafia Naga Imperial! Bisa-bisanya kamu menjitak kepalaku? Seketika harga diriku runtuh”.

”Salah sendiri jadi pria tampan yang play boy. Ini belum seberapa, kalau aku tahu kamu main mata AWAS SAJA..!”. Ancam Silvia mendelikkan matanya. Seketika bulu kuduk Ludius merinding.

”Istriku sungguh menyeramkan..!”. Gumam Ludius.

Ditengah perdebatan mereka, suster masuk membawa perlengkapan medis untuk merawat Ludius. Suster tersebut mendekat ke arah Ludius dan menaruh perlengkapan medis di meja.

”Nyonya, saya sudah membawa perlengkapan medis. Biarkan saya yang merawat Tuan”.

Tanpa mendapat persetujuan Ludius ataupun Silvia, Suster yang masih muda itu melangkah kedepan Ludius untuk membuka kemejanya. Melihat hal itu Silvia langsung memberi isyarat dengan melirik tajam ke arah Ludius.

Belum sempat Suster melepas kancing kemeja, Ludius segera menghentikannya. ”Berhenti Sus, ini hanya luka goresan peluru. Biarkan saya merawat luka ini sendiri. Kah boleh keluar!”.

”Tapi Tuan luka anda cukup dalam, bagaimana anda akan merawatnya”.

”Ada aku disini, biarkan aku yang merawatnya”. Sergah Silvia. ”Suster, anda boleh keluar”.