Chapter 149 - 149. Kehangatan sebuah keluarga (2/2)
Ludius mencium kening Silvia dan tersenyum mendengar kata bijak dari istrinya. ”Sayang.. Terima kasih kamu mau bersabar dengan sikap Azell”.
”Menghadapi sifat seperti Azell bukanlah hal sulit karena dia memang sifatnya mirip sepertimu. Kalau kamu saja bisa aku taklukkan apalagi Azell”. Kata Silvia dengan percaya diri. ”Kamu temani Azell, aku akan kedapur untuk membantu Bibi menyiapkan sarapan”.
Silvia pergi kedapur, sedangkan Ludius menghampiri Azell dan duduk disampingnya. ”Azell, Apakah kamu ingin sarapan bersama kami? Kebetulan Silvia sedang membuat sarapan pagi untuk kita”. Tanya Ludius, dari dulu Ludius memang tidak pernah hidup bersama anak-anak membuatnya sedikit canggung dalam berbicara pada Azell.
”Pa.. Maafkan atas perkataanku pada Bibi. Karena Papa yang meminta, aku mau sarapan dengan kalian. Tapi sebelum itu, ada yang ingin aku sampaikan pada Papa. Aku pergi kemari tanpa sepengetahuan Mama, dan beralasan hanya untuk bermain di taman. Aku harap Papa mau memberitahu Mama kalau aku baik-baik saja”.
”Azell, kamu kemari sendiri! Bukankah jalan dari rumahmu kemari jauh?. Bagaimana kamu bisa sampai disini?”. Tanya Ludius khawatir.
”Aku hanya mengingat rute dari rumah kemari, karena aku baru saja di beri uang saku jadinya aku menaiki taksi agar paman sopir mengantarku kemari”. Jawab Azell polos.
”Azell.. Lain kali kalau mau kemari atau pergi kesuatu tempat kamu harus memberitahuku terlebih dahulu. Aku pasti akan meminta seseorang untuk mengantarmu kemanapun kamu ingin. Terlalu bahaya untukmu pergi sendiri, karena kamu adalah putraku”.
”Akhirnya Papa mau mengakuiku”.
”Sarapan sudah siap.. Ayo.. Ayo.. Kita keruang makan, Aku sudah menyiapkan sup tulang iga untuk kalian”. Dari luar Silvia masuk dan memotong pembicaraan mereka.
”Azell, Ayo sarapan.. Papa jamin sop tulang iga buatan istriku adalah yang ternikmat”. Ludius menggendong Azell dan membawanya ke ruang makan.
Diruang makan.
Ludius dan Azell duduk bersebelahan dan Silvia duduk didepan mereka. Semua makanan sudah tertata rapi di meja. Silvia mengambil piring dan diisi dengan nasi serta lauk pauknya, Silvia juga mengambil mangkuk kecil dan di isi dengan Sop lalu memberikannya pada Azell.
”Azell.. Ayo dimakan! Karena ini pertama kalinya kamu mencicipi masakan buatan Bibi, kamu harus makan yang banyak. Kalau suka dengan masakan Bibi, Azell boleh tiap hari kemari untuk makan bersama”. Bujuk Silvia pada Azell yang masih terdiam memperhatikan makanan yang ada didepannya.
”Sayang.. Apa kamu tidak ingin mengambilkan juga untukku?”. Tanya Ludius manja.
”Tuan Lu.. Nasi dan sayur masih banyak, kamu bisa ambil sendiri kan Tuan..!”. Jawab Silvia dengan senyum yang di paksakan.
Kehangatan di ruang makan seketika seperti mimpi bagi mereka. Perasaan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya membuat mereka dalam sekejap akrab saat diruang makan.
Setengah jam kemudian, setelah semua selesai sarapan Azell masih duduk terdiam di depan meja makan. Silvia yang melihat menganggukan kepala memberi isyarat pada Ludius.
”Azell, apa kamu mau bermain ketaman depan? Karena pagi ini aku ingin menghabiskan waktu bersama Silvia. Sepertinya akan lebih menyenangkan jika kamu ikut”.
”Apa aku boleh ikut?”. Tanya Azell canggung.