Chapter 147 - 147. Pagi Yang Liar (2/2)
”Sayang.. Aku merasa sudah lama sekali tidak mengganggu dan membuatmu tersipu malu. Terakhir kali aku melihatmu sepertinya kamu sedang marah padaku. Biarlah seperti ini, memelukmu membuatku nyaman”. Tanpa sadar Ludius memeluk Silvia hingga tertidur.
Hari berikutnya,
Di pagi hari sinar mentari masuk melewati celah menyilaukan mata Silvia hingga membuatnya membuka maka. Silvia yang sadar disampingnya sudah ada Ludius yang sedang memeluknya sontak berteriak.
”Kyaaa… !!”. Teriak Silvia, dia melepas pelukan dan beranjak dari kasur begitu saja setelah menyadari nya.
Ludius mengerutkan kening dan terbangun dengan mood yang tidak bersahabat. Dia bangun dengan menatap Silvia liar. ”Sayang.. Sudah selama ini tapi kamu masih saja belum terbiasa. Apakah Istriku ini perlu pelayanan khusus agar terbiasa dengan kehadiran suamimu?”. Perlahan Ludius beranjak dari tidurnya dan bersandar di punggung ranjang.
”Tu.. Tuan Lu, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk merusak Mood mu pagi ini. Sungguh, aku hanya kaget tiba-tiba kamu ada disampingku”. Jawab Silvia canggung. Dia berdiri di samping ranjang dengan canggung.
Tanpa Silvia sadari, tubuhnya yang masih memakai kimono dengan belahan dada dan kaki jenjang putih mulus terlihat jelas berpadu dengan rambut panjang tergerai telah membangkitkan gairah Ludius.
”Sayang.. Bahkan saat bangun tidur kamu terlihat cantik dan seksi. Kalau sudah seperti ini.. Seharusnya jangan disia-siakan bukan?”. Perkataan Ludius yang penuh keliaran di pagi hari membuat Silvia terpojok.
”Tuan Lu.. Bukankah kamu ada urusan di kantor? Sudah lama kamu meninggalkan kantor, apa hari ini kamu juga akan mengambil libur?”. Tanya Silvia beralasan.
”Kamu tidak perlu khawatir, dikantor sudah ada Longshang dan Kakak Lian. Sayang.. Kamu sudah memancing suamimu seperti ini, mana bisa aku biarkan kabur. Kemarilah sayang.. Aku ingin menghabiskan pagi ini dirumah bersamamu”.
”Huuft.. Tuan Lu, sebenarnya ada apa denganmu. Mengapa sepagi ini kamu tidak mau melepasku?”.
Mendengar Silvia membuat banyak alasan, Ludius menarik tangan Silvia hingga tubuh Silvia terjatuh di pelukannya. ”Sayang.. Saat suami ingin meminta istrinya untuk menemani, apakah masih butuh alasan?. Melihat kemolekan tubuhmu seperti ini.. Apalagi yang diinginkanku seharusnya kamu lebih faham bukan!”. Tanpa aba-aba Ludius mencium bibir Silvia, melumat habis bibirnya. Tangan Ludius perlahan merambah kebagian yang lain.
'Mengapa aku menuruti begitu saja perkataan si Tuan Mesum ini. Arrgh.. Benar-benar memalukan! '. Batin Silvia