Chapter 136 - 136. Kejutan Ludius 17+ (1/2)
Setelah pembicaraan mereka di ruang depan, Ludius berencana membuat kejutan terakhir untuk Silvia. Malam ini Silvia yang baru selesai SPA dan merias diri di salon kecantikan, kembali ke resort memakai Dress putih yang Ludius siapkan untuknya.
”Sayang, aku ada satu kejutan lagi untukmu. Maukah kamu ikut denganku kesuatu tempat?”. Tanya Ludius. Dia sudah rapih dengan setelah jas Tuxedo hitam untuk menyelaraskan warna putih milih Silvia.
”Dengan senang hati Suamiku..”. Jawab Silvia dengan senyuman.
Dengan menaiki mobil, mereka menempuh perjalanan selama setengah jam. Di sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam hingga mobil terhenti di sebuah pantai pasir putih. Kondisi cuaca yang baik dengan langit yang cerah bertabur bintang, Ludius membawa Silvia ke pantai pasor putih yang masih berada di kawasan Raja Ampat.
Ludius keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Silvia. Dia mengulurkan tangan membantu Silvia keluar dari mobil. Dengan menggandeng tangan Silvia, Ludius membawanya ke pesisir pantai yang gelap dan hanya diterangi langit bertabur bintang.
Prok.. Prok..
Ludius menepuk tangan, seketika lampu kerlap kerlip menyala membentuk sebuah bangunan kecil tanpa atap dan berhias banyak bunga. Di tengahnya sudah terdapat satu set meja beserta menu makan malam yang sudah dihidangkan.
”Apa kamu menyukainya Sayang?”. Tanya Ludius.
Silvia sekejap terkesima, dia memandang semua hal yang ada didepan matanya. Perasaan dan hati yang berbunga menyelimuti hatinya. ”Tuan Lu, Mengapa kamu selalu bisa membuat kejutan yang membuatku semakin jatuh cinta padamu?. Pemandangan di pantai ini sungguh indah”.
”Bisakah untuk kali ini kamu memanggilku Sayang?. Ya baiklah kalau kamu tidak bisa. Di meja sudah ada menu makan malam, sebaiknya kita makan terlebih dahulu”.
”Baiklah Sa.. Sayang”. Kata Silvia, dia tersipu malu mengatakan hal yang canggung pada Ludius.
Di meja makan sudah terdapat beberapa menu khas dari Indonesia. Salah satunya adalah sate madura, soto lamongan dan pecel lele yang sengaja Ludius pesankan khusus. Karena jarang sekali mereka kembali ke Indonesia, maka dari itu Ludius memesan makanan yang hanya ada di Indonesia.
”Sayang.. Makanan sebanyak ini, apa kamu mau memakan semuanya?”. Tanya Silvia yang melihat banyak sekali menu yang Ludius pesan.
”Kita akan kembali besok, nikmati saja makanan yang ada. Makanan yang ada dimeja hanya bisa di temukan di Indonesia lho.. Sayang kamu yakin tidak mau memakannya satu persatu?”. Ledek Ludius.
”Jangan salahkan aku kalau makanannya habis. Aku lapar..”. Kata Silvia membela diri.
Mereka mulai makan malam bersama, di sela makan mereka terdengar suara musik dari Grand Piano. Silvia baru menyadari ada sebuah piano disamping mereka beserta pianisnya. Musik dari sentuhan piano menemani makan malam mereka.
”Sayang, kamu juga membawa seorang pianis kemari untuk apa?”. Tanya Silvia heran.
”Kamu tidak suka kah?, Tentu saja untuk mengajakmu berdansa. Di bawah atap langit dengan pencahayaan bintang di sertai biasnya gemerlap malam, bukankah tempat paling indah untuk berdansa? ”.
Setelah mereka selesai makan malam, Ludius beranjak dari kursinya dan menundukkan badan serta mengulurkan tangan. ”Istriku, Maukah kamu berdansa beberapa lagu dengan suamimu ini?”.
”Dengan senang hati Sayang..”. Jawab Silvia, dia menerima uluran tangan Ludius.