Chapter 121 - 121. Mantan sahabat, perebut mantan kekasih (2/2)

[ ”Sayang, aku masih bertemu Clien di Hotel Cempaka. Kamu datanglah kesini, aku baru menyelesaikan kerjasama dengan seseorang. Setelah ini aku akan menemanimu pergi kemanapun kamu mau. See you Babe.. ”. ]Telefon terputus.

Silvia meminta seseorang untuk membawakan belanjaannya ke mobil. Silvia keluar dari Mall menuju mobil yang diparkir dan menunggu orang yang membawakan belanjaannya.

”Tolong taruh semua di bagasi kecuali bingkisan ini, biar saya yang membawanya ”.Silvia membukakan bagasi dan orang yang datang meletakkan semua barang Silvia disana.

”Terima kasih atas bantuannya ”. Silvia memberikan upah lalu masuk kedalam mobil untuk segera datang ke Hotel Cempaka.

***

Didepan hotel cempaka Silvia memarkirkan mobilnya. Dia keluar dengan membawa bingkisan untuk Ludius dan sudah apa seorang yang menunggu didepannya.

”Nyonya Silvia, Tuan Lu sudah menunggu anda didalam. Mari saya antar ”.

Silvia masuk kedalam hotel, dia diantar kesebuah ruang pertemuan yang tertutup. Saat didepan pintu, Silvia samar-samar mendengar pembicaraan Ludius.

”Jangan sampai ada orang lain yang mengetahui ini. Kamu boleh keluar ”.

'Sebenarnya apa yang sedang Ludius bicarakan? '. Batin Silvia.

Tok.. Tok.. Tok.. ”Tuan.. Nyonya Silvia sudah datang ”. Sapa orang yang mengantar Silvia.

Dari dalam pintu terbuka dan seorang pria keluar dari dalam tanpa berbicara. Silvia masuk dan langsung disambut Ludius yang berdiri didepan pintu. Tanpa aba-aba Ludius menarik Silvia dalam pelukannya dan menciumnya.

”Sayang.. Apakah beberapa jam tidak melihatku, kamu sudah merindukanku?. Atau jangan-jangan kamu sedang senang karena habis bertemu mantanmu...! ”. Tanya Ludius dengan tatapan jahil.

”Tuan Lu, kamu terlalu percaya diri. Siapa juga yang merindukanmu!. Lagian kamu terlalu pintar intuk menebak”.

”Eh.. Masih tidak mengakukah.. Lihatlah wajahmu Sayang, memang kamu fikir aku tidak tahu apah apa yang kamu lakukan seharian ini? ”.

”Tuan Lu.. Jangan bilang kamu meminta seseorang untuk bututiku sejak berada di Apartement?. Pantas saja aku merasa diikuti oleh seseorang. Apa kamu ingin melihat bagaimana kelakuanku diluar? ”.

”Sayang, apakah kamu tidak bisa berfikir yang positif tentang Suamimu?. Aku meminta orang mengikutimu hanya untuk memastikan kamu dalam keadaan baik-baik saja karena Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ehem.. sayang, apakah itu hadiah yang kamu siapkan untukku? ”. Tanya Ludius dengan mata melirik kearah bingkisan yang dibawa Silvia.

”Maukah Tuan Lu menerima hadiah yang tidak seberapa ini? ”. Tanya Silvia, dia memberikan bingkisan dengan menundukkan wajahnya.

”Sayang.. Apapun yang kamu berikan itu adalah hadiah terbaik yang pernah aku terima. Terima kasih sayang. Ayo.. Aku akan mengajakmu kesuatu tempat sebelum kita menemui ibu ”. Ludius mencium kening Silvia dengan penuh kasih sayang.

'Tuan Lu.. Kamu selalu memberikan kasih sayang yang nyata padaku. Tapi mengapa di balik bayang-bayang kamu masih saja penuh dengan misteri? '.