Chapter 119 - 119. Bar Angel bag 2 (1/2)

”Tuan Ludius sedang mengancamku?. Apa kamu takut Silvia akan berpaling dari pria bajing*n sepertimu?. Ketua Mafia Naga Imperial Tuan Ludius Lu!... Aku tidak perduli dengan ancamanmu, yang aku perdulikan adalah kebahagiaan Silvia. Jika dia bahagia dan tidak dalam keadaan bahaya maka aku akan tetap diam ”. Zain meminum wine yang Ludius berikan. Dia berkata dengan tegas walau tanpa menatap Ludius.

”Dari awal aku sudah curiga kamu bukanlah pria biasa. Siapa kamu sebenarnya?. Mengapa kamu bisa mengetahui aku begitu baik Tuan Zain? ”. Tanya Ludius dengan sedikit menyindir. Ludius mulai geram dengan Zain yang berbicara tanpa rasa takut sedikitpun.

”Entahlah..! ”. Jawab Zain santai.

Tiba-tiba ponsel Ludius berdering, ada pesan masuk dari Wangchu.

[ Bos, aku baru saja mendapat jawaban dari pertanyaanmu. Pria yang sedang bersamamu dia Zain Malik. Kamu pasti tidak percaya dengan yang aku katakan kali ini. Zain adalah Tentara Rahasia Pasukan Khusus Badan Intelejen Keamanan Negara kode number 17 dengan Nama samaran Zain sang Pemangsa. Dia juga seorang Hacker handal yang dilatih secara khusus oleh Badan Intelejen Negara. Aku hanya bisa mengatakan, Bos.. Kamu sepertinya harus hati-hati dengannya, Dia bukanlah orang sembarangan. ]

”Heh.. Jujur aku sedikit terkejut. Awalnya aku sedikit heran, Bagaimana bisa pria biasa sepertimu mengetahui Identitasku yang sebenarnya. Ternyata kamu tidak jauh berbeda hanya saja kamu bekerja untuk Pemerintah. Zain Malik Tentara Pasukan Khusus Badan Intelejen Keamanan Negara Kode Number 17 Zain sang Pemangsa. Apa aku benar? ”.

”Sepertinya kita tidak perlu saling menutupinya lagi. Ada hal yang ingin aku tanyakan”. Zain memandang Ludius tajam.   ”Ini masih ada hubungannya dengan Silvia, Apakah kamu mengenal Organisasi Black Emperor?. Akhir-akhir ini mereka melakukan pergerakan dengan melakukan transaksi gelap jual beli senjata hingga bernilai Triliunan. Aku mendapat kabar bahwa salah satu pembelinya adalah Paman dari Silvia yang bernama Tuan Brahmantya, paman yang selama ini membiayai sekolah dab kuliah Silvia. Kemungkinan Brahmantya memiliki rahasia yang membuatnya mempertahankan hubungan baik dengan Bibi Yuliana disaat semua anggota Alfarezi mengeluarkan Bibi dari daftar Keluarga. Aku diperintahkan oleh atasan untuk menyelidiki Pergerakan mereka. Dan aku dengar Ketua mereka mengincar salah satu senjata Rahasia yang masih tersembunyi keberadaannya ”. Zain mengatakan panjang lebar apa yang dia ketahui.

”Lagi-lagi Silvia terikat dengan hal yang berbahaya. Tapi Tidak disangka, Organisasi Intelejen Negara ini begitu spesifik. Bahkan mengenai Ketua dari Black Emperor yang mengincar sesuatupun seperti sudah menjadi rahasia umum bagimu. Aku hanya bisa mengatakan Pemimpin Black Emperor telah tewas ditanganku. Jika ingin mengetahui lebih detailnya temui aku setelah aku kembali ke China. Sekarang, apa kamu masih berani mengatakan aku tidak pantas untuk melindungi Silvia setelah aku mengetahui dirimu yang sebenarnya? ”.

”Aku akui, aku terpaksa menjadi Pemangsa bahkan Pembunuh karena aku sudah terlanjur terikat oleh Badan Intelejen Negara yang mengharuskan menerima misi Rahasia dan bekerja di belakang layar. Itu memang hal yang sangat memalukan karena terlihat seperti pengecut. Aku belum bisa percayakan Silvia padamu dan aku harap kamu tidak mengatakan apapun pada Silvia, jika kamu berani berucap aku juga tidak akan segan padamu! ”.

”Aku tidak janji, itu tergantung padamu. Sepertinya pembicaraan ini cukup sampai disini. Dan aku ingatkan sekali lagi! Walau setelah semuanya, Aku tidak segan untuk mengambil tindakan jika kamu berani mendekati Silvia kembali! ”. Ancam Ludius sebelum akhirnya beranjak dari tempatnya dan berniat keluar dari Bar.

Ludius akhirnya keluar dari Bar tanpa membawa Wangchu, Perasaan Geram masih menyelimuti Ludius mengingat perkataan Zain yang terang-terangan melawannya membuat Ludius pulang dalam keadaan Mood yang buruk. Ludius bahkan mengendarai Mobil dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan keselamatannya.

”Pria seperti Zain, dia benar-benar tidak bisa dianggap remeh ”.

Sampai didepan Apartement Ludius turun dari mobilnya dan langsung masuk dengan wajah geramnya. Tepat didepan pintu, rupanya Silvia sudah berdiri menunggunya.

”Tuan Lu, mengapa kamu baru pulang di jam segini? Dan apakah kamu habis meminum sesuatu? ”. Tanya Silvia ragu, terlihat wajah dingin Ludius menandakan bahwa Mood nya sedang buruk.