Chapter 109 - 109. Resepsi Pernikahan bag 6 (1/2)

”Sayang, Apa kamu tahu.. Wajahmu mirip seperti marmut yang kelaparan kalau seperti ini?”. Ledek Ludius.

Silvia melepas pelukan dari Ludius, dia memanyunkan bibirnya yang merah dengan ekspresi kesal. ”Kalau aku seperti marmut, berarti kamu seperti rubah yang licik dengan sejuta tipu daya memikat wanita. Kalau tidak, mana mungkin ada wanita yang mau dengan pria sepertimu! ”.

”Sayang, kamu memang pandai dalam memuji suami sendiri. Kalau aku bukan rubah yang licik, tentu saja aku tidak mungkin bisa mendapatkan Istri bermulut pedas sepertimu”. Balas Ludius dengan senyum jahilnya.

”Rubah bermulut manis seperti suamiku ini memang pandai membuat orang lain kagum dan juga kesal. Berhentilah menggodaku suamiku.., tipu dayamu sudah tidak mempan lagi padaku”. Silvia memalingkan wajahnya  yang kesal.

”Nyonya Lu, ingatlah.. Malam nanti rubah ini tidak akan melepaskanmu ”. Bisik Ludius membuat Silvia terduduk kaku dengan perkataan Ludius.

Wajah Silvia memerah dan memanas seperti cerobong asap yang sedang terbakar. Silvia kembali mengingat bahwa dia memang sudah menjadi istri dari Pria rubah disampingnya itu. Silvia terus menyembunyikan wajahnya dari Ludius, Silvia tidak ingin Ludius melihat wajah yang sedang memanas karena perkataannya.

Ludius sedikit tenang, melihat sikap Silvia sudah kembali seperti dirinya yang biasanya.

'Sayang.. Sikapmu terlalu mudah di tebak. Ingin sekali aku melihat wajah imutmu itu.. Jika saja kita tidak sedang dirumah sakit, aku pasti tidak akan melepaskanmu'.

1 jam kemudian, Dari dalam Dokter keluar, Silvia yang sedang panas dingin karena perkataan Ludius tersadar dengan keadaan LiThian. Dia bergegas menemui Dokter yang masih di ambang pintu.

”Bagaimana keadaan Dok?”. Tanya Silvia cemas.

”Pasien tidak dalam keadaan bahaya, beruntung peluru dia menembus tulang bagian dalam dan hanya melukai bagian luar lengan saja. Dalam beberapa jam kedepan, pasien akan segera siuman. Kalau begitu saya permisi”. Dokter pergi meninggalkan ruang Operasi.

”Syukurlah, dia tidak terluka parah. Kalau terjadi sesuatu padanya, aku tidak tahu lagi harus bagaimana ”.

Dari dalam pintu terbuka dan suster membawa LiThian keluar untuk dipindahkan ke ruang rawat. ”Permisi, kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat”. Kata Suster yang melihat Silvia berdiri didepan pintu.

Silvia segera menepi dan mengikuti Suster yang membawa LiThian ke ruang rawat yang telah di persiapkan. Ludius beranjak dari tempat duduk nya dan menghampiri Silvia yang mengikuti kemana Suster pergi.

”Tunggu Sayang, kamu tidak bisa berkeliaran di Rumah sakit dengan Gaun mu yang seperti ini”. Ludius melepas jasnya untuk menutupi tubuh Silvia yang sedang memakai Gaun dengan bekas bercak darah.

Ludius merangkul Silvia dan menemaninya ke ruang rawat LiThian. Ruang rawat LiThian cukup jauh dari ruang Operasi dan sedikit membuat Silvia kehilangan jejak Suster yang membawanya. Setelah bertanya pada bagian resepsionis, akhirnya Silvia dan Ludius sampai di depan ruang rawat LiThian.

”Permisi.. ”. Sapa Silvia, dia membuka pintu yang setengah terbuka.

Setelah pintu terbuka, ternyata sudah ada seorang wanita yang baru saja datang dan duduk disamping LiThian.