Chapter 100 - 100. Menikahimu Secara Sakral (1/2)
Diluar kamar, Ibu Yuliana dan Bibi sedang menyiapkan makan malam untuk semuanya. Sedangkan Ludius tengah sibuk dengan banyak hal di ruang kerjanya.
Setelah setengah jam kemudian, Silvia keluar kamar dan mencari dimana Ludius berada. Dia berjalan ke dapur untuk menanyakan keberadaan Ludius pada orang rumah. Di dapur sudah ada Ibu dan Bibi Yun yang sedang menyiapkan makan malam.
”Ibu, Bibi.. Apakah kalian melihat dimana Ludius?”
”Nona Silvia, Bibi melihat Tuan masih di ruang kerjanya”. Kata Bi Yun memberitahu.
”Ludius!! Apa dia tidak sadar kalau dia sudah terlalu memaksakan diri? Sudah 3 Hari tidak pulang dan sekarang masih lembur di ruang kerja? Sebenarnya apa sih yang sedang dia lakukan sehingga tidak bisa di tunda walau hanya untuk Istirahat?”. Gumam Silvia.
Dia Berinisiatif membuatkan Teh herbal hijau untuk menyegarkan fikiran dan tubuh yang lelah. Cocok sekali untuk Ludius yang sedang lembur akhir-akhir ini. Setelah membuat teh, Silvia dengan senyum mengembang membawanya ke ruang kerja Ludius untuk diberikan kepadanya.
”Apakah dia akan menyukainya? Dia kan pria yang sangat menyukai kopi ”.
Tok.. Tok.. Tok..
Didepan ruang kerja Ludius, Silvia mengetuk pintu. Dia membuka pintu dan melihat Ludius sedang menghubungi seseorang.
”Apakah aku mengganggumu? Sepertinya itu sebuah pembicaraan yang penting”. Tanya Silvia, dia menaruh teh diatas mejanya. ”Aku bawakan Teh herbal untukku, sudah 3 Hari kamu tidak memperhatikan kesehatanmu dan terus bekerja lembur seperti ini”. Kata Silvia penuh kekhawatiran.
Ludius terlihat menghela nafas seperti ingin membicarakan hal penting dengan Silvia. ”Sayang, Apa sebaiknya Kita menikah sekarang?. Aku dengar, dalam keyakinan yang kamu anut, Menikah secara agama itu bisa dilakukan dan ini juga menjadi saksi atas keyakinanku”. Kata Ludius mantap seperti tidak ada keraguan.
Seketika Silvia tercengang, mendengar apa yang dikatakan Ludius. ”Apakah kamu sudah memikirkannya matang - matang?. Ini bukanlah sebuah perkara mudah Ludius!”. Silvia mempertanyakan dengan tegas, walau dalam hatinya dia sangat bersyukur dan senang.
”Aku sudah memikirkannya berulang kali. Aku memang belum pantas untuk dijadikan sebagai seorang yang akan memiliki keyakinan karena tanganku masih berlumuran darah. Tapi Jika aku menunggumu sampai di Indonesia, aku takut tidak bisa menjagamu secara menyeluruh. Ini demi kebaikanmu. Aku tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada Pesta Pernikahan nanti, aku hanya tidak ingin kehilanganmu” Ludius menundukkan wajahnya. ”Aku sudah sebisa mungkin untuk menekan terjadinya hal buruk di Pesta nanti. Tapi sepertinya tidak semudah yang diharapkan, karena Pesta Pernikahan adalah sasaran yang paling mudah untuk ditembus. Bahkan aku sudah meningkatkan keamanan, tapi tetap saja perasaanku tidak tenang. Jadi.. Silvia lebih baik kita bicarakan dengan Bibi sekarang bagaimana baiknya”.
Silvia masih tidak mempercayai perkataan Ludius, baginya ini serasa seperti mimpi di siang hari. Ludius meminum teh yang dibawakan Silvia, dia beranjak dan menarik Silvia yang masih terpaku mendengar perkataan yang membuat hati dan fikiran Silvia seakan berhenti bekerja.
Di ruang makan sudah ada Ibu Yuliana dan Bibi yang baru saja menata makanan di meja. Kedatangan Ludius dan Silvia dengan wajah tegang membuat Ibu Yuliana bertanya-tanya.
”Nak, mengapa wajah kalian kaku seperti itu? Apa ada masalah?”. Tanya Ibu Yuliana yang bisa melihat kebingungan yang Silvia rasakan.
Ludius menggenggam tangan Silvia dan maju satu langkah untuk mengatakan hal penting.
”Bibi Yuliana, Maaf.. Mungkin aku akan berbicara lancang kali ini. Kami meminta nasehat Bibi. Bagaimana pendapat Bibi jika kami menikah secara agama malam ini? Aku sudah memikirkan sejak lama apa yang aku putuskan. Aku mengatakan ini karena mempertimbangkan keselamatan Silvia. Melihat akhir-akhir ini nyawa Silvia selalu terancam, Membuatku berani mengambil keputusan besar ini dan menerima tanggung jawab sepenuhnya”.
Ibu Yuliana tersentak kaget dengan keputusan yang Ludius ambil, dia tidak menyangka akan secepat ini Ludius mengatakannya. Alasan Ibu Yuliana menerima lamaran Ludius karena dia percaya masa dimana Ludius mengatakan dengan segenap hati tentang keniatannya itu akan tiba.