Chapter 99 - 99. Mengunjungi Makam (1/2)
3 Hari berlalu tanpa adanya Ludius disisi Silvia, perkataan jahil dan tatapan mesum yang biasa Ludius tunjukkan seakan membuat Silvia merasakan sebuah arti dari kerinduan. Dalam 3 Hari ini Ludius terus berada di kantor dan tidak pernah kembali kerumah. Karena tidak di perbolehkan ke kantor olehnya, Hari-hari Silvia menjadi terasa lebih lama karena dia habiskan untuk beristirahat dan melakukan segala hal dirumah, bahkan masalah yang mengganggu fikirannya terakhir kali teralihkan dengan kebosanan dan kerinduannya. Sesekali Silvia keluar itupun untuk menemani Ibunya atau Bibi berbelanja.
Di sore hari Ludius kembali kerumah setelah 3 Hari lamanya tanpa kabar. Dia datang menjemput Silvia untuk membawanya ke sebuah tempat. Silvia yang saat itu tahu Ludius akan menjemputnya seketika hatinya merekah, seakan perasaan rindu yang dia tahan selama 3 Hari terbayar sudah.
”Sayang, Apa kamu sudah siap?”. Tanya Ludius yang sudah berada di ambang pintu kamar.
Silvia hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman termanisnya. Ludius yang melihat hanya bisa memandang dengan tatapan kerinduannya. Silvia mungkin menyadari dia akan di bawa ke tempat seperti apa oleh Ludius, jadi dia menggunakan pakaian yang sederhana dan terkesan anggun.
Mereka keluar bersama menuju mobil yang sudah didepan pintu utama. Ludius membukakan pintu dan mempersilahkan Silvia masuk. Kali ini Ludius bersikap bak pengawal pribadi dari Putri di sebuah Negeri Dongeng. Dia masuk dan menancapkan gas. Dia kali mengendarai mobil dengan sedikit pelan, seakan tidak ingin melewati setiap detik yang dia habiskan bersama Silvia.
”Sayang, 3 Hari tidak melihatmu membuatku sangat rindu. Tidak bisakah aku mendapat sedikit hadiah karena berhasil menahan rindu selama ini?”. Katanya yang masih memegang kemudi. Sesekali dia memandang kearah Silvia.
”Apakah hadiah begitu penting untukmu Tuan Ludius? Lagi pula siapa suruh 3 Hari pergi tanpa kembali dan kabar. Itu salah mu, bukan salahku!”. Tolak Silvia dengan memanyunkan bibirnya. Silvia tidak habis fikir, Ludius pergi selama 3 tanpa kembali walau hanya sekedar menemuinya atau memberi kabar, dan sekarang tiba-tiba datang dan membawanya pergi tanpa mengatakan sesuatu. Lebih menyebalkan lagi, besok adalah hari pernikahan mereka. Silvia merasa seperti sedang di permainkan perasaannya oleh Ludius.
”Apakah kamu sedang marah?. Heh… ternyata Nyonya Lu merindukanku ya? Haruskah aku memberikanmu ciuman untuk bisa meredakan amarahmu? ”. Tanya nya jahil.
”Perhatikan jalanmu Tuan, dan Terima kasih! Tapi sayang, modusmu kali ini tidak mempan terhadapku. Lain kali cari cara yang bisa membuatku tidak bisa menolak mu ”. Tantang Silvia ketus dengan tatapan kedepan tanpa sedikitpun melihat kearah Ludius.
”Apakah kamu sedang menantangku Sayang?”. Mobil tiba-tiba terhenti secara mendadak. Ludius mendekatkan wajahnya kearah Silvia, dia memegang janggut Silvia dan memalingkan kearahnya. ”Baiklah.. Aku akan menahannya sampai besok, tapi jangan salahkan aku jika setelah hari esok kamu benar-benar tidak bisa lepas dariku”. Balas Ludius dengan senyum jahilnya. Ludius melepas janggut Silvia dan melanjutkan menyetir mobil dengan tersenyum simpul.
Bluuush….
Wajah Silvia seketika seperti cerobong asap yang sedang terbakar dan memanas. 'Ah.. Mengapa aku langsung seperti ini saat mendengar perkataannya? Jelas-jelas kalau dia sedang meledekku!'. Silvia tidak bisa menyembunyikan perasaan malunya, terlihat jelas bias memerah di wajahnya. Silvia baru menyadari bahwa mereka akan menikah besok.