Chapter 86 - 86. Selembut Angin Surga bag 2 (2/2)
Silvia mengambil kunci yang dia simpan di dalam tas dan memberikannya pada Ludius. Mereka masuk kedalam mobil Ferrari kesayangannya. Di perjalanan malam yang dingin dan panjang, Silvia tertidur dan tidak sengaja bersandar di bahu Ludius yang tengah menyetir. Ludius menghentikan laju mobilnya dan memandang Silvia penuh kasih sayang.
”Gadis kecil, kamu pasti lelah karena hidup bersama pria sepertiku. Memandang wajahmu seperti ini, aku jadi tidak ingin memalingkan pandanganku darimu”. Gumam Ludius.
Ludius membelai wajah Silvia dan memandang wajahnya lekat-lekat. Beberapa saat Ludius terdiam, karena tidak ingin membangunkan Silvia yang tengah tertidur lelap. Hampir setengah jam mobil berhenti di tengah pusat kota Shanghai hanya demi membuat Silvia nyaman.
Perlahan Silvia terbangun dan membuka mata. Dia bingung melihat dirinya tengah bersandar di bahu Ludius.
”Mengapa kita masih disini?. Apa mobilnya mengalami kerusakan?”. Tanya Silvia bingung.
Ludius tertawa kecil. ”Jangan memasang wajah seperti itu”. Ludius mengambil sapu tangan dan memberikannya pada Silvia. ”Ekhem.. Bersihkan wajahmu yang kusut itu. Kita akan segera pulang”.
Silvia memalingkan wajah dengan perasaan antara malu dan kesal. ”Apa dia sudah memperhatikan ku sedari tadi, Arrrgh.. Betapa malunya aku”. Gumam Silvia. Dia membersihkan wajahnya yang kusut dan kusam.
Mereka meneruskan perjalanan yang sempat terhenti, masih memerlukan waktu 20 menit untuk sampai di rumah. Tapi lagi-lagi Silvia tertidur dan bersandar di bahu Ludius. Ludius sesekali melihat wajah Silvia yang kembali tertidur.
”Dasar gadis nakal, Apa seperti ini caramu menggoda ku?. Untung aku masih mengingat air matamu tadi, kalau tidak.. Aku pasti tidak akan bisa menahannya saat ini”.
Sesampainya di depan rumah, Ludius memikirkan mobilnya didepan pintu utama. Dia memindahkan kepala Silvia yang bersandar di bahunya. Ludius keluar lalu menggendong Silvia dalam pelukannya dan membawanya kedalam rumah.
Dari dalam Bibi Yun membukakan pintu mendengar suara mobil yang terhenti.
”Selamat malam Tuan Lu”. Sapa Bi Yun.
”Siapkan baju ganti untuk Silvia. Siapkan makan malam dan suruh dia untuk makan jika sudah terbangun nanti”. Kata Ludius sambil membawa Silvia ke kamarnya.
”Baik Tuan, saya akan menyiapkan semuanya”.
Dikamar, Ludius membaringkan Silvia dan melepas high dan kaos kaki yang dia pakai.
”Selamat malam gadis kecil, malam ini aku tidak akan mengganggu dan membiarkan tertidur lelap. Tapi, jangan lupa.. Besok kamu masih harus membayar atas kesabaranku menahan godaan darimu. Jangan sampai lari ya”. Bisik Ludius. Dia mengecup kening Silvia dan berjalan keluar kamar.