Chapter 84 - 84. Kancing Kemeja, (2/2)

”Ludius, apa yang terjadi ini sudah benar? Kamu baru saja menyakiti perasaan wanita. Aku sebagai sesama wanita tidak bisa melihatnya terluka seperti itu. Tubuhku gemetar mendengar sumpah serapah yang dia katakan, itu sangat menakutkan”.

Ludius memeluk Silvia untuk menenangkan nya. ”Jangan di fikirkan, itu hanya sebuah gertakan darinya. Aku tidak akan membiarkan siapapun merusak hubungan kita”. Ludius mengangkat wajah Silvia yang tertunduk.   ”Bagaimana kalau kita menikah 1 minggu dari hari ini, lebih tepatnya minggu yang akan datang? ”. Saran Ludius.

”Apa..?. Menikah minggu depan?”. Tanya Silvia memperjelas apa yang dia dengar.

”Sayang.. Aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Menikahimu adalah jalan terbaik untuk menjagamu dan membungkam Elena saat ini”.

Silvia yang mendengar memalingkan wajahnya yang memerah karena malu mendengar perkataan Ludius yang terkesan tiba-tiba.

”Ka.. Kalau begitu, kamu harus meminta restu ibuku dahulu. Baru kita bisa menikah”. Jawab Silvia lirih bahkan hampir tidak terdengar.

”Terima kasih Sayang.. Kamu tahu, hari terbaik dalam hidup adalah hari dimana aku bisa menikahimu. Dan mengenalkanmu pada orangtua ku”.

”Tapi kondisimu belum membaik. Bagaimana kalau Dokter belum megizinkanmu pulang dalam satu minggu ini?”.

”Tidak ada yang bisa mencegahku untuk menikahimu, walau sakit sekalipun. Ini sudah sore sebentar lagi pasti dokter datang untuk kemari. Jadi kamu harus dirawat sampai sembuh”.

”Hei.. Sebenarnya yang sakit aku atau kamu? Aku cuma demam, seharusnya kamu yang berbaring disini. Cepat berbaring!”. Perintah Silvia. Dia beranjak dari kasur Ludius.

”Selamat sore Tuan Lu, waktunya anda membersihkan badan”. Kata Suster yang datang dari arah pintu.

Ludius memandang Silvia dengan tersenyum jahil. ”Baik, kamu boleh keluar Sus. Biar calon istriku yang memandikanku nanti”. Katanya.

”Baik Tuan Lu, Nona.. Mohon bantu Tuan untuk membersihkan diri. Saya keluar dahulu”.

Silvia menatap tajam Ludius. ”Apa kamu sengaja melakukan ini Sayang..?” tanya Silvia penuh penekanan.

”A.. Haha.. Ternyata calon istriku kalau marah menakutkan juga!. Ehem.. Tentu saja kamu yang harus memandikanku, Apa kamu ingin orang lain yang melihat tubuhku sayang?”. Tanya Ludius masih dengan kejahilan nya.

”Tidak lah, Cepat buka bajumu ”. Pinta Silvia ketus dengan mengalihkan pandangannya.

”Sayang. Aku kan seorang pasien. Seharusnya kamu yang membuka kancing kemejaku. Apa kamu yakin tidak ingin melihat tubuhku?”.

Silvia hanya bisa menuruti Ludius sebelum dia banyak bicara.  Perlahan Silvia memalingkan wajahnya kearah Ludius, dia membuka kancing kemeja satu-persatu. Silvia yang baru pertama kali memperhatikan tubuh Ludius terbelalak melihat dada bidang Ludius yang terbentuk indah seperti sebuah maha karya.

'Orang ini.. Apa seperti ini tubuh dari seorang mafia. Tidak disangka benar-benar indah. Pantas setiap wanita bergairah setiap melihatnya. Ah.. Aku mikir apaan sih?. Ko jadi terkesan aku yang mikir jorok ya!'. Batin Silvia.