Chapter 83 - 83. Selepas Pertarungan (1/2)
3 Hari telah berlalu sejak kejadian baku tembak dengan Jonathan. Pagi ini Keadaan Ludius masih kritis karena lukanya terbuka menyebabkan infeksi dan harus menjalani beberapa serangkaian pengobatan. Silvia masih setia menunggu Ludius di sampingnya dengan mata sembab karena terus menyesali dirinya yang tidak bisa mencegah kepergian Ludius hingga menyebabkannya menjadi seperti ini.
Sejak kejadian itu, Kakak Chang tidak pernah terlihat batang hidungnya. Dan Silvia lebih memilih membiarkannya dari pada harus mengejarnya.
”Ludius.. Aku harap kamu sudah melepas rantai dendam masa lalu dan tidak ada lagi yang mengungkit atau menarikmu kembali. Aku lebih senang jika kamu hidup dengan kejahilan mu dari pada melihat sikap dinginmu seperti tempo hari”. Kata Silvia, selama tiga hari Silvia terus disamping Ludius dengan mengatakan hal-hal yang pernah mereka lewati.
Silvia baru ingat, besok adalah hari pernikahan Ling Ling dengan Senior Bryan. Silvia bahkan belum mencari kado apa yang akan dia berikan pada sahabatnya itu. Karena masalah yang selalu menyelimuti Silvia membuatnya mengalami drop.
Siang ini wajah Silvia pucat karena kelelahan dan tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Ibu Silvia masih istirahat dirumah karena masih syok dengan kejadian yang menimpanya. LongShang dan WangChu sibuk mengurus Perusahaan dan keterangan mengenai kematian Jonathan.
Silvia menyandarkan kepalanya atas ranjang Ludius disamping tangannya. Rasa lelah dan lega dirasakan Silvia di tambah lagi dengan melihat kondisi Ludius yang belum juga siuman.
Perlahan Ludius menggerakkan jemari nya, tanpa sadar tangannya menyentuh kepala Silvia yang tengah bersandar di dekatnya. Ludius mulai membuka matanya, dan ingatan mengenai kejadian baku tembak dengan Jonathan menyadarkan nya. Ludius memalingkan wajahnya kearah Silvia dan memandang Silvia yang tengah tertidur lelap.
'Ternyata aku masih hidup, aku kira aku akan tiada waktu itu dan tidak bisa melihat wajah sendu wanita ku'. Batin Ludius.
Ludius lega melihat Silvia yang memejamkan mata dalam keadaan Baik-baik saja. Tapi saat tangannya menyentuh kening Silvia dia terkejut karena suhu badannya sangat panas.
”Sayang.. Apa kamu tidak bisa menjaga diri sendiri hingga kamu bisa seperti ini?”. Tanya Ludius, dia beranjak dari tempat tidurnya dengan kondisi tubuhnya yang lemah. Dia melepas semua peralatan medis yang menempel di tubuhnya.
Dengan kondisi yang lemah, Ludius mengangkat Silvia dan membaringkan nya di kasur dia di rawat. Ludius memandang wajah cantik Silvia, begitu damai dan tenang. Ludius mencium kening Silvia kemudian keluar mencari dokter untuk melihat keadaan Silvia.
Dari luar Ibu Yuliana datang dengan membawa beberapa makanan dan Buah-buahan. Dia bingung melihat Ludius sudah dalam keadaan berdiri sedangkan Silvia tengah tidur di ranjang nya.
”Anak ini.. Bagaimana bisa dia tidur disitu”. Kata Ibu Yuliana, dia berjalan kedalam.
”Tidak apa-apa Bu, jangan bangunkan Silvia. Kelihatannya dia demam, mungkin selama ini dia kurang memperhatikan dirinya sendiri. Lebih baik Ibu panggilkan dokter untuk mengecek keadaannya”.
”Baiklah, Nak Ludius tetaplah disini, kamu kan baru saja melewati masa kritis. Ibu tidak ingin kamu kenapa-napa”. Kata Ibu Yuliana, dia pergi mencari dokter untuk memeriksa Silvia.
Ludius duduk disamping Silvia dengan memandang wajah cantiknya. Sesekali Ludius mencium tangan hangat Silvia. Perasaan Ludius kini lebih tenang dan lega setelah semua beban di dalam hatinya meluruh dan pudar.
Dari luar Dokter datang bersama dua suster yang menemani. Dokter dan suster kaget melihat pasien yang baru saja melewati masa kritis justru terduduk di samping seorang wanita yang tengah tidur di kasur nya.
”Tuan Lu, sekarang waktunya anda melakukan pemeriksaan rutin”. Kata Dokter yang masuk.