Chapter 52 - 52 (1/2)

Suasana ruangan berubah menjadi hening, Julian bingung melihat Silvia terlihat marah padanya. Dia tidak bisa melihat adik yang paling dia sayangi membencinya.

'Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cinta dan aku sayang, walau kamu hanya menganggapku sebagai Kakak itu sudah cukup. Karena Aku tidak ingin kehilangan cinta darimu'. Batin Julian

Disaat heningnya suasana ruang rawat Silvia, Suster bingung melihat dua orang saling terdiam tanpa kata-kata. Dia masuk saja tanpa memperdulikan keadaan yang terlalu tenang itu.

”Permisi Tuan dan Nona Silvia, saya di perintahkan Tuan Lu untuk membantu Nona mandi dan sarapan. Silahkan Tuan untuk keluar sebentar, karena saya akan membantu Nona mandi”.

Kedatangan Suster memecah keheningan yang menyakitkan bagi Julian. Dia beranjak dari tempatnya..

”Baik Sus, saya titip Silvia___

__ Silvia, Kakak akan pergi keluar sebentar. Jangan melakukan hal yang berbahaya seperti tadi malam. Kakak tidak ingin kamu membenci Kakak, Jadi Kakak akan meminta maaf pada Ludius jika kita bertemu nanti”.

Mendengar perkataan maaf dari Julian, Silvia merasa tenang. Setidaknya untuk hari ini mereka berbaikan. Walau seperti itu Silvia bahkan tidak menyadari bahwa keduanya mempermasalahkan tentang hatinya.

Setelah kepergian Julian, Suster membantu Silvi mandi dan berganti pakaia. Di tengah-tengah sarapan pagi Suster mempertanyakan hal yang membuat hati Silvia terusik.

”Nona, saya hanya ingin bertanya. Apakah Nona sedang bertengkar dengan Pria tadi?”. Tanya Suster tanpa bertanya apa hubungan mereka.

”Hanya salah faham Sus, Mengapa Suster bertanya seperti itu?” Tanya Silvia balik.

”Saya kira dia menyukai Nona Silvia, Terlihat dari sorot matanya memandang Nona, Dia sangat mencintai Nona. Walau saya tahu Tuan Lu adalah calon suami Nona. Tapi pria tadi benar-benar takut kehilangan Nona”. Suster itu berkata tanpa rasa bersalah.

”Dia hanya seorang Kakak sepupu Sus. Aku harap Suster tidak mengungkitnya apalagi didepan Ludius. Aku tidak ingin ada salah faham didalam hubungan kita”. Terang Silvia.

Entah mengapa Silvia merasa pertanyaan itu sangat mengusiknya. Dia selalu menganggap Julian Kakak satu-satunya, tapi Silvia mulai sadar dengan sikap Julian yang berlebihan akhir-akhir ini.

'Apakah kamu benar-benar telah mencintaiku Kak? Tapi maaf Kak, Kamu mencintaiku tidak pada waktunya. Dulu aku sempat mencintaimu, tapi aku berfikir kamu lebih menyukai Sahabatku. Sekarang sudah terlambat untuk mengubah takdir yang telah terlewat. Walau aku belum tahu perasaanku yang sebenarnya pada Ludius setelah aku hilang ingatan, tapi aku tidak ingin mengkhianatinya'.. batin Silvia.

”Apanya yang salah faham Sayang?” Ludius tiba-tiba menyahut dari luar ruangan. Dia masuk kedalam menghampiri Silvia.

”Apa yang kalian bicarakan. Sepertinya serius?. Apa aku tidak berhak tahu?” Tanya nya kembali.

Suster yang melihat Ludius sudah ada di depannya gemetar, Dia terdiam karena takut akan di cecar pertanyaan oleh Ludius.

”Sus, kamu boleh keluar!” Perintah Ludius.

Silvia di pojokkan oleh tatapan Ludius, dia terpaku melihat Ludius berjalan kearahnya. Silvia bingung bagaimana menjelaskan apa yang terjadi pada Ludius yang sejatinya memiliki temprament buruk.

”Sudah berapa lama Tuan Lu berada di luar sana?”.. Tanya Silvia hati-hati.

Melihat Silvia seperti tertekan, Ludius memendam amarahnya sedalam-dalamnya. Dia mencoba untuk bersikap normal seperti tidak mendengar apapun.

Ludius duduk si atas ranjang di samping Silvia yang memang sedang sarapan.

”Lupakan! Anggap saja aku tidak pernah bertanya apapun”. Perkataan dingin Ludius cukup mewakili apa yang terjadi.