Chapter 50 - 50 (1/2)

Keadaan rumah Ludius sangat tenang, tidak ada satupun yang menyadari keadaan Silvia yang sebenarnya.

1jam kemudian, Bibi Yun memanggil untuk makan malam. Karena Silvia tidak menyahut  cukup lama, akhirnya Bibi Yun masuk untuk melihat keadaan Silvia. Betapa terkejutnya Bibi Yun saat melihat Silvia tergeletak di dalam kamar mandi. Dengan cepat Bibi Yun memanggil Ludius yang sedang berada di ruang kerja.

Diruang kerja, ludius masih disibukkan dengan berbagai tumpukan kertas. Hingga kedatangan Bibi Yun menyadarkannya dari kesibukannya.

”Maaf Tuan Lu, Saya menemukan Nona Silvia pinsan dalam kamar mandi”. Kata Bibi Yun dengan hati-hati.

Seketika Ludius menjatuhkan semua berkas yang dipengangnya. Tanpa berkata atau mendengar perkataan Bi Yun selanjutnya,  Ludius bergegas menuju kamar Silvia dengan perasaan khawatir.

Para pelayan rumah Ludius terdiam seribu bahasa melihat ekspresi Ludius yang begitu dingin namun diselimuti oleh kekhawatiran berjalan cepat didepan mereka.

'Mengapa kamu begitu ceroboh Sayang, apa kamu tahu betapa aku sangat tersiksa melihatmu terluka?'.

Didepan kamar mandi Ludius sudah mendapati Silvia dalam keadaan Pinsan, Dia segera membawa Silvia keluar dari kamar.

Didepan ruang tamu, Bi Yun sudah menunggu ”Tuan Lu, saya sudah siapkan mobil didepan”. Kata Bi Yun memberitahu.

”Cepat beritahukan dokter Daniel keadaan Silvia. Aku akan membawanya kesana”.

Ludius segera membawa Silvia menuju Rumah Sakit tempat dimana Silvia pernah dirawat. Didepan Rumah Sakit Dokter Daniel dan beberapa Suster sudah menunggu. Dengan cekatannya suster segera membawa Silvia ke ruang ICU untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Didepan ruang ICU Ludius terdiam menunggu dengan cemas, dia berharap semoga tidak terjadi suatu hal yang buruk pada Silvia. Di saat Ludius terdiam memikirkan keadaan Silvia, tiba-tiba saja ada seorang pria menghampirinya.

”Sedang apa kamu berada disini, Apa kamu sedang menunggu seseorang?”. Tanya nya.

Ludius yang sedari tadi terrunduk mengangkat kepalanya mendengar ada yang memanggilnya..

”Hanson.. lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?”. Tanya Ludius, dia tidak menyangka dapat bertemu Hanson ditempat seperti ini.

”Aku baik-baik saja, Bagaimana keadaan gadis taruhan kita, Apa dia masih bersamamu? Kudengar dia telah tahu menjadi bahan taruhan dan pergi meninggalkanmu”. Terdapat banyak penekanan kata pada perkataan Hanson, sepertinya dia sengaja memancing emosi Ludius yang sejatinya sangat tempramental.

Sejak Ludius bertemu Silvia, dia sudah banyak belajar menahan diri. Jelas, menghadapi serigala liar seperti Hanson perlu menjadi penjinaknya. ”Tentu saja Tuan Hans, Dia adalah calon istriku, Mana mungkin aku membiarkannya pergi. Lagi pula Dia adalah wanita yang menarik, Sayang sekali Tuan Hans tidak mendapatkannya.

Perkataan Ludius cukup pedas membuat Hanson tersenyum licik ”Apa kamu sudah benar-benar jatuh cinta padanya? Aku tidak menyangka Tuan Lu yang selalu bermain dengan wanita. Kini justru tunduk oleh wanita cacat”.

Di tengah perdebatan mereka, dokter Daniel keluar dari ruang ICU.