Chapter 48 - 48 (1/2)
Ludius keluar dengan membawa beberapa bingkisan. Didepan pintu ternyata ada Mu Lan yang menunggu Ludius keluar dari Apartement. Ludius berjalan keluar tanpa memandang kearah Mu Lan.
Mu Lan mengikuti langkah Ludius ”Tuan Lu, maafkan saya. Saya sungguh tidak bermaksud untuk membuat Tuan Lu marah”.
Ludius menghentikan langkahnya. ”Dengar baik-baik aku tidak butuh alasan mengapa kamu melakukan hal rendahan seperti itu. Dulu aku mungkin akan meladenimu. Tapi sekarang aku sudah mempunyai calon istri. Sebelum kesabaranku habis, lebih baik kamu pergi dari hadapanku!”.
Ludius mengeluarkan kartu kredit gold dan memberikannya pada Mu Lan ”Anggap saja itu sebagai gaji selama kamu menjadi asistenku. Sekarang pergi!”. Usir Ludius untuk kedua kalinya.
Ludius tidak perduli apa yang terjadi dengan Mu Lan, Dia berjalan cepat menuju rumah Ibu Yuliana.
.....
Di depan rumah Ibu Yuliana, Ludius memarkir mobilnya. Dia keluar membawa beberapa bingkisan dengan gaya khasnya yang dingin dan elegan membuat para tetangga yang melihat tidak mengalihkan pandangan mereka.
Kadatangan Ludius ternyata sudah di ketahui Ibu Yuliana, pintu rumah Ibu Yuliana sudah terbuka dan terlihat Silvia tengah menunggunya di ambang pintu.
”Pagi Silvia, maaf membuatmu menunggu”. Katanya diteruskan mendorong Silvia masuk kedalam rumah.
Terlihat ibu Yuliana sedang menyiapkan sarapan ”Pagi Bibi, ini ada sedikit bingkisan untuk Bibi dan Silvia. Mohon diterima”. Ludius memberikan bingkisan pada Ibu Yuliana.
Didalam Ibu Yuliana menerima dengan senang hati. ”Terima kasih nak. Mari sarapan bersama, Ibu sudah menyiapkan banyak menu untuk kita makan bersama”.
Di meja makan, terdapat beberapa menu sederhana seperti tempe goreng, sayur asem, ikan lele, dan tumis kangkung. Terlihat sangat asing bagi Ludius. Sesaat dia terdiam dengan menu yang terdapat di meja makan.
”Ludius, mungkin makanan di meja ini terlihat sederhana. Tapi kamu akan tahu perbedaan rasa makanan rumah dengan makanan mahal yang terdapat di Restaurant”. Kata Silvia dengan senyuman
Semenjak kejadian waktu itu, Silvia perlahan mulai bisa menggerakkan tangan kanannya. Dia mulai melakukan aktivitas menggunakan tangan kanan seperti makan dan lain-lain.
Ludius mencoba setiap menu makanan yang ada di meja. ”Rasanya sangat sederhana Seperti masakan pada umunya, hanya rasa seperti ini membuat kita menjadi rindu akan rumah. Apakah ini rasanya masakan rumah?” gumamnya.
Saat semua sedang berada di ruang makan, Julian datang dengan setelan jas Double Beastred biru tua di padu dengan dasi silver, cocok sekali dengan perawakan Julian yang tinggi dan besar.
Dia melihat Ludius sudah ada didalam bersama Silvia dan Ibi Yuliana. ”Pagi Bibi, Silvia. Apa aku datang terlambat untuk mencicipi masakan Bibi?” tanyanya dengan sapaan hangat
”Julian, mari kita sarapan bersama. Ibu sengaja masak lumayan banyak karena ibu fikir kalian akan datang pagi ini”.
Julian mengambil tempat duduk di samping Ludius. Suasana hening dan canggung begitu saja. Sesekali mereka saling melirik dengan tatapan sinis dan tidak suka.