Chapter 43 - 43. Serpihan Ingatan (1/2)

Silvia yang sedang di ruang IGD di pindahkan ke Ruang Rawat VVIP oleh Julian. Setelah Silvia siuman dia seperti orang bingung yang kehilangan arah.

Silvia mencoba menggerakkan anggota tubuhnya, Saat dia mencoba menggerakkan jemari nya, dia melihat Cincin berlian dengan nilai ratusan juta melingkar di jari manisnya.

”Kak Julian, Sebenarnya apa sedang terjadi, mengapa aku sampai bisa ada di Indonesia?”. tanya Silvia, Dia ingin memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

”Silvia.. Kamu memang belum ada satu minggu di Indonesia. Di China kamu mengalami kecelakaan dan akhirnya kamu lumpuh. Sahabat kamu Ling Ling yang mengantarmu kemari. Jadi.. jangan terlalu kamu fikirkan yah.. Kakak pasti akan merawatmu sampai kamu sembuh”. mengusap kepala Silvia seraya tersenyum.

Silvia mengernyitkan kening, dia seperti tidak mempercayai sepenuhnya apa yang telah Julian katakan  ”Kak.. apa benar hanya itu. Lalu, bagaimana kakak akan menjelaskan mengenai Cincin yang melingkar di jari manisku ini. Ini cincin berlian, Aku tidak mungkin mampu untuk membelinya. Kakak tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan?”

Mendengar pertanyaan Silvia, Sesaat Julian tersentak kaget. Dia lupa kalau Ludius masih meninggalkan tanda pertunangan mereka di jari Silvia. ”Ah.. itu.. Kakak sengaja membelikannya untukmu, masa kamu lupa sih?” jawab Julian mantap.

Maafkan aku Silvia, aku tidak bermaksud membohongimu.  Menjauhkanmu dari Ludius adalah hal terbaik untuk saat ini.

Walau Julian ada rasa bersalah, tapi keyakinannya untuk menjauhkan Silvia dari Ludius justru membuatnya sedikit gelap mata.

”Aku tidak tahu sebenarnya apa yang telah terjadi. Jika sebuah kebohongan tetaplah kebohongan, itu hak Kakak. Mungkin aku Lupa tentang serpihan ingatanku Tapi Tuhan tidaklah lupa. Jika memang hanya itu yang terjadi. tidak apa. Tapi cincin ini sungguh indah”. Senyum manis Silvia membuat Jantung Julian berdetak tak menentu. Perasaan yang coba dia simpan dalam-dalam mencuat begitu saja.

...

Waktu begitu cepat berlalu, Pagi berlalu begitu saja. Siang ini Silvia sedang tertidur, Jadi sementara Ludius menitipkan Silvia pada suster untuk pergi beribadah.

Disaat tidak ada orang yang menemani Silvia, Ludius datang membawa pudding mangga dan Sop tulang Iga yang selalu Silvia buatkan untuknya. Terlihat Silvia tengah tertidur lelap.

Ludius datang tanpa bersuara. Dia duduk dengan terus memandang wajah Silvia yang sendu, Begitu damai dan hangat.

”Tuan Lu..” gumam Silvia, Lagi-lagi Silvia mengigau menyebut nama Ludius. Perasaan Ludius seketika mengembang, ada setitik rasa senang menyergap dirinya.

”Sayang.. Aku percaya kamu belum melupakanku sepenuhnya. Kamu hanya kehilangan arah saat berjalan. Selama aku ada disini, Aku akan terus menuntunmu mencari jalan pulang yang sebenarnya”. Ludius memegang tangan Silvia yang hangat.

Mendengar ada seseorang di sampingnya Silvia perlahan terbangun dari tidurnya. Kelopak matanya mulai terbuka, Orang yang pertama kali dia lihat adalah Ludius.

”Kamu..! Siapa kamu?” Tanya Silvia dengan wajah ketakutan. Dia mencoba menarik tangannya yang sedang Ludius pegang. Melihat itu Ludius melepas tangan Silvia.

Hati Ludius terasa sakit melihat Silvia calon istrinya takut saat melihat dirinya. Perlahan Ludius membelai kepala Silvia ”Tenang Silvia, aku ini temanmu dari China. Ling Ling tidak bisa menjengukmu dan hanya menitipkan salam untukmu”. Ludius menjelaskan siapa dirinya. Sejujurnya Ludius ingin sekali mengatakan kalau dia adalah Tunangannya, Tapi dia menahan semua itu demi Silvia.

”Benarkah..! *senyum Silvia mengembang* tapi maaf aku tidak mengenalmu. Jika kamu benar temanku dan Ling Ling, bisakah kamu menelfon Ling Ling untukku?” Pinta nya polos, Silvia seperti kembali ke dirinya saat 18thn, seorang gadis yang manja dan polos.