Chapter 39 - 39. Pada Akhirnya Aku Hanyalah Bagian dari Permainan Hidupmu bag 2 (1/2)

Jakarta Indonesia.

Welcome Indonesia, Setelah menempuh perjalanan panjang dengan segala keterbatasan waktu, Akhirnya Silvia dan Ling Ling sampai di kota Jakarta. Selama 2 tahun Silvia tidak pulang, kini dia pulang tanpa memberitahu siapapun dan dalam keadaan yang lumpuh, dengan kondisi hati yang tidak stabil.

Ibu.. maafkan aku, Ibu selalu melarangku untuk pergi ke china mencari keluarga Ayah, Tapi aku tidak mendengar perkataan ibu dan tetap pergi. Pada akhirnya aku malah seperti ini.

//

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam dari bandara, Silvia dan Ling Ling sampai di kawasan perumahan. Taksi berhenti di sebuah rumah Sederhana tapi cukup besar, dengan halaman yang tidak begitu luas namun penuh dengan tanaman segar. Ling Ling membantu Silvia turun, Sopir taksi mengeluarkan koper milik mereka dari bagasi.

”Ling Ling.. Selamat datang di rumah sederhanaku. Maaf, jika tempat tinggalku tidak semewah rumahmu. Tapi semoga kamu senang tinggal disini”. ucap Silvia dengan senyuman.

Ling Ling masuk kedalam dengan mendorong kursi roda Silvia. ”Assalamualaikum bu..” Sapa Silvia.

Dari dalam keluar wanita paruh baya dengan memakai pakaian rapih Keluar untuk melihat siapa yang datang. Betapa terkejutnya dia melihat siapa yang menemuinya ”Silvia, ini benar-benar kamu? tapi bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?!”. Tanyanya dengan perasaan khawatir.

Wanita paruh baya itu adalah ibunya Silvia yang bernama Yuliana al Farezi. Dia seorang Single Parent yang bekerja sebagai Guru SMA Swasta. Dia seorang yang penuh kasih sayang, namun jika itu berkaitan dengan Keluarga suaminya, dia selalu diam jika Silvia mempertanyakan nya. Seperti ada yang dia sembunyikan selama bertahun-tahun.

”Bu.. Ceritanya panjang, aku datang bersama teman satu asrama ku, dia Ling Ling”, menoleh kearah Ling Ling. ”Ling Ling ayo masuk..”. Ibu Yuliana membawa Silvia masuk disusul dengan Ling Ling.

Ibu Yuliana syok..? Tentu saja. Ibu mana yang tidak kaget melihat putrinya kembali dari Negara orang dengan keadaan yang sangat memperihatinkan.

Ling Ling melihat ke sekeliling ruangan, sederhana rapih dan nyaman. Mungkin itu yang ada dalam gambaran Ling Ling.

”Ling Ling, Ayo.. aku tunjukkan dimana kamarmu”. Ling Ling mendorong kursi roda menuju kamarnya.

Tepat di sebuah sudut bagian depan terdapat kamar yang begitu rapi, Ling Ling membawa Silvia masuk. Dia melihat seisi ruangan yang tidak begitu besar, seukuran kamar yang ada di asrama. ”Ling Ling.. sementara kamu tidur disini yah.. semoga kamu betah”.

Ling Ling yang sedari tadi akhirnya berbicara ”Silvia.. aku ingin berbicara banyak, tapi aku masih canggung dan malu. Aku lihat ibumu sangat menyayangimu, Jadi inget rumah..”. Ling Ling menaruh barang-barang nya dan mengganti bajunya.

”Ling Ling, Ayo aku antar kamu berkeliling”.

Silvia dan Ling Ling keluar dari kamar menuju pintu depan. Tiba-tiba didepan pintu Seorang Pria masuk ”Silvia..! Apa ini benar-benar kamu?” Tanya nya dengan wajah terkejut, dia langsung menghampiri Silvia. Tatapan matanya menunjukkan sebuah kekhawatiran.

Julian yang selama ini selalu merindukan adik manjanya terkesiap, hatinya terluka melihat keadaan Silvia yang bahkan lebih menyedihkan dari seorang yang cacat. Kekhawatirannya yang ia pendam mengisyaratkan sesuatu yang dia sembunyikan dalam hati.

”Kakak Julian, iya ini aku Silvia. Apa Kakak sudah tidak mengenaliku setelah 2 tahun tidak bertemu?!” ucap Silvia dengan perasaan senang.

Julian al Farezi adalah keponakan atau Cucu dari Kakak Kakek Silvia. Semenjak Silvia pergi kuliah di China, Julian lah yang tinggal bersama Ibu Silvia untuk menemaninya. Dia sekarang sedang menempuh S3 di UIN Jakarta. Julian seseorang dengan postur tubuh tinggi tegap dan wajahnya yang tampan dengan warna kulit kuning sawo matang, Membuatnya dijuluki Pangeran Kampus.

”Silvia, Apa kamu tidak bahagia tinggal disana. Dan mengapa kamu sampai bisa lumpuh seperti ini?”. Julian berdiri sejajar didepan Silvia. Raut wajahnya tergambar jelas gurat kekhawatiran.

”Aku tahu ada hal yang kamu sembunyikan dariku. Terlihat jelas matamu menyembunyikan banyak hal dariku. Apapun itu, kali ini aku tidak akan melepasmu pergi sembarangan lagi”.