Chapter 30 - 30. Lelang di Hotel Waldorf Astoria (1/2)
Silvia mulai memilih gaun yang akan dia kenakan di Birthday Party nanti. Ia membuka 2 lemari sekaligus untuk memilih semua gaun terbaiknya. Ia mengambil satu-satu gaun yang menurutnya layak di pakai dan melemparnya ke kasur.
Kreek..
Terdengar suara pintu dibuka, gaun yang berantakan di atas kasur buru-buru Silvia sembunyikan dan menutupnya dengan selimut di sudut kasur. Suhu Silvia panas dingin melihat Ludius datang kearahnya.
Ludius yang baru masuk mendekat dan menatap Silvia yang terlihat gemetar, ”Apa yang kamu sembunyikan sayang..?”. Terlihat mata Ludius sedang mencari sesuatu. Ia tahu Silvia sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
”Ak.. Aku tidak menyembunyikan apa-apa kok. Mungkin itu hanya perasaanmu saja”.
”Benarkah…!!” Ludius mendekati Silvia hingga tidak ada jarak diantara mereka. Tatapan maut Ludius membuat Silvia menjadi semakin gemetar serta jantungnya berdetak begitu cepat.
'Apa aku akan ketahuan?!'. Batin Silvia. Spontan Silvia menutup matanya menghindari tatapan maut Ludius.
Melihat Silvia begitu ketakutan, Seketika Ludius memeluk Silvia dan memberinya sebuah kecupan.
'Arrgh… Dia mencium ku lagi. Aduh.. maaf yah suamiku dimasa depan. Kening ku sudah ku berikan pada si brengs*k Ludius. Semoga kamu nggak marah padaku wahai Suami masa depanku'. Batin Silvia.
”Sayang, apakah kamu sudah merasa baikan. Kamu terlihat begitu ketakutan”. Tanya Ludius, ia membelai rambut panjang Silvia yang di biarkan tergerai
”Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah”. Jawab Silvia lega.
Ludius melepas pelukannya. ”Aku akan berangkat sekarang. Ingat..! kamu tidak boleh meninggalkan tempat ini apapun alasannya. Dan kamu tahu sendiri kan, Aku paling tidak suka dibantah apalagi di bohongi..!”.
Silvia menelan ludah nya. 'Wajahnya terlihat sangat serius, apa aku batalkan saja yah ikut ke Birthday Party nya senior Bryan?'
”Iy.. ya, Aku tidak akan pergi ke mana-mana”. 'Aku hanya pergi ke acaranya Bryan'. Sambung Silvia dalam hati.
”Bagaimana aku bisa kabur, Lagi pula aku juga tidak akan bisa kabur dari pengawalmu”.
”Bagus, gadis pintar.. Aku suka gadis yang penurut. Semakin kamu mendengarkan kata-kataku, maka kamu mempermudah hidupmu”. Ludius melepas pelukannya dan pergi begitu saja meninggalkan Silvia.
”Siapa juga yang mau nuruti perkataan mu!. Melihatmu yang seperti itu membuatku jadi semangat untuk pergi dari tempat ini”. Silvia mengambil gaun seadanya yang tadi ia sembunyikan lalu memasukkannya dalam tas.
***
Waktu sudah mendekati senja, namun Ling Ling belum datang juga. Tiba-tiba saja terlihat ada keributan didepan gerbang utama, bersamaan dengan itu ada sebuah pesan dari Lingling.
Drrrt.. Drrrt..
???? Silvia cepat kamu turun lewat pintu yang tidak biasa pelayanmu pakai. Aku sudah menunggumu di mobil. Teman-temanku sedang mengecoh para penjaga rumah. Ini kesempatanmu untuk kabur!!
???? Baik, aku akan segera kesana. Tunggu aku di bagian samping rumah. Semoga saja aku masih bisa memanjat tembok.
Tas Silvia cangklok, perlahan ia membuka pintu. Ia mengendap-endap melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang melihat. Saat ia sedang Memalingkan wajah, Tiba-tiba..
”Nona Silvia, sedang apa anda disini?!”. Tanya seorang pelayan yang melihat Silvia bersikap aneh. Silvia dengan cepat nya menyembunyikan tas yang ia bawa.
”Ee.. aku tadi sedang.. ee.. Ohya.. Aku mau ke dapur mengambil buah-buahan segar. Kamu mending ke ruang tamu deh. Itu di depan ribut-ribut sepertinya akan ada tamu”. Silvia beralasan.
”Baik Nona..” Pelayan tadi pergi ke ruang tamu. Cepat-cepat Silvia berjalan ke pintu belakang bangunan ini.
”Bagus, di bagian belakang tidak ada penjaga sama sekali. Sekarang aku harus memutari tempat ini dan sampai di tembok bagian samping. Aku harus Cepat”.
Silvia berjalan memutar dari belakang bangunan menuju samping bagian depan. Disana terdapat tembok pembatas yang lumayan tinggi. Tapi Silvia sudah mengantisipasi dengan menyiapkan anak tangga sebelum operasi pelarian nya.
Aku bertaruh.. kalau aku ketahuan sekarang, berarti kisah kabur ku selesai sampai disini. Tapi kalau aku bisa berhasil kabur, apa aku bisa menghindari tatapan dinginnya nanti?. Ah aku terlalu banyak berfikir.
Silvia dengan hati-hati menaruh tangga ke tembok, dan menaiki nya. Sesampainya diatas tembok, ia tiba-tiba setengah gentar. ”Apa ini tidak terlalu tinggi.. Jujur.. Aku agak sedikit takut. Argh.. kenapa aku harus repot sepertimu ini sih?”. Gerutunya.
Gubrak..
Silvia mendarat dengan sedikit luka di lutut, ia berlari menuju mobil Ling Ling sebelum penjaga menemukannya.
”Silvia..!” Panggil Ling Ling, ia membukakan pintu.