Chapter 15 - Kecemburuan yang tidak beralasan (2/2)
”Baiklah, aku terima ajakanmu”. Silvia dan Li Thian berangkat bersama.
Diperjalanan Silvia nampak canggung duduk bersebelahan didalam mobil, namun sepertinya Lithian menyadari itu dan memulai percakapan.
”Silvia, apakah kamu mau menemaniku makan siang? kebetulan disini ada restaurant yang terkenal dengan makanannya”
”Baiklah, tapi aku yang traktir. Anggap saja ini permintaan maaf ku karena kejadian tadi pagi”
”Jangan fikirkan itu, aku sudah melupakannya. Lagi pula kamu sudah mau makan siang bersama ku itu sudah cukup”.
Silvia dan Li Thian tiba di Restaurant, mereka memesan menu makan siang. Pelayan datang memberikan daftar menu, Lithian memesan beberapa makanan dan dessert. Tidak lama kemudian pelayan datang membawa makanan yang di pesan.
”Tuan dan Nona... Silahkan di nikmati, jika memerlukan apapun jangan sungkan untuk memanggil pelayan. Terima kasih”.
Pelayan mundur dari depan meja makan. Silvia melihat satu persatu makanan yang sudah tersaji. Meski Silvia tidak tahu makanan apa saja yang ada dimeja, tapi menurutnya itu cukup membuat seseorang memiliki nafsu untuk makan.
”Silvia, bagaimana menurut mu makanan disini? Apakah ada yang tidak kamu sukai, atau aku pesankan yang lain?” Silvia dan Li Thian mulai mencicipi setiap menu.
”Makanan disini lumayan enak. Apalagi ice Coffee nya, sederhana tapi bisa di terima semua lidah” Wajah Silvia belepotan oleh cream saat meminum Coffee .
”Silvia,, Lihatlah. wajahmu penuh dengan Cream Coffee” Li Thian membersihkan wajah Silvia dengan tangannya.
Disaat yang bersamaan, ternyata Ludius dan Hanson datang ke Restaurant yang sama.
”Tuan Muda Li Thian, sedang apa Tuan Muda dari Huangshi Grup berada di Restaurant seperti ini?” Meelihat ke arah Silvia dan tersenyum simpul. ”Apakah dia kekasihmu?”. Sapa Hanson, Mendengar sapaan dari Hanson, Li Thian langsung berdiri menyambut kedatangan mereka. Ludius yang melihat mereka langsung menunjukkan ketidak sukaannya pada Silvia.
'Di dunia ini semua orang memang tidak pantas untuk di hargai, termasuk kamu gadis kecil!. Aku sudah menunjukkan kebaikanku kamu justru sedang jalan dengan pria lain?. Apa kamu sedang menguji kesabaran ku?'. Batin Ludius.
”Saya hanya makan siang bersama teman kampus saya, Bagaimana kabar dari Tuan Hanson. Saya dengar Tuan Hanson sedang sibuk dengan proyek baru. Saya ucapkan selamat..!”.
Emosi Ludius yang kian memuncak membuatnya menyela pembicaraan mereka. Dengan sengaja Ludius ingin mempermalukan Silvia didepan semua orang.
”Kebetulan sekali Tuan Muda Li berada disini. Tuan Li Thian.. Bagaimana kalau kita makan siang bersama dengan Tuan Hanson, Anggap saja ini terima kasihku karena Tuan sudah mengajak Silvia makan bersama. Makanan disini biar saya bisa yang bayar”.
”Benar Tuan Li Thian, Jarang sekali kita bertemu selain membicarakan bisnis. Ini bisa menjadi awal yang baik untuk kedepannya”. Hanson duduk di tempat yang kosong. Ludius justru mendekati Silvia yang sedari tadi diam.
”Tuan Li Thian, maafkan sikap gadisku. Dia pasti sudah banyak menyusahkan Tuan Muda Li”. Ludius Memegang tangan Silvia, dia mencekal tangan Silvia dengan begitu keras. ”Sayang.. Seharusnya kamu bicara kalau kamu mau pergi, Aku kan bisa mengantar mu dan tidak harus merepotkan Tuan Lithian!”. Kata Ludius penuh penekanan.
”Tidak Tuan Lu, aku hanya kebetulan lewat. Dan kita kuliah di kampus yang sama”. Balas Lithian.
Ludius mendekatkan dirinya pada Silvia, dengan geramnya dia membisikkan sesuatu. ”Dengar gadis kecil, jangan pernah bermain api jika kamu tidak ingin terluka! Aku sudah berbaik hati tidak mengurungmu di Mansion. Kesabaranku padamu ada batasnya!”. Bisik Ludius.
”Dengar Tuan Ludius yang terhormat! kamu adalah orang yang berkuasa dan memiliki segalanya, tapi bukan berati kamu bisa mengendalikanku sesuka hatimu!”. Balas Silvia penuh penekanan dengan menunjuk dada bidan Ludius. ”Kamu ingin mempermalukanku, Silahkan, aku tidak peduli! ”. Silvia mundur. Dia tersenyum menyapa Hanson dan Ludius seolah mereka tidak terjadi apapun.
”Benar Tuan, aku hanya kebetulan bertemu dengan Li thian. Dan sekalian aku mengajaknya makan siang bersama”. Melihat Silvia begitu dekat dengan Li thian, Ludius dalam hatinya semakin terbakar cemburu.