Chapter 91 Sadarnya Gina (1/2)
Yudha selalu berada di samping Gina yang masih belum sadarkan diri pasca operasi.
” Kakek, nenek, ibu. Kalian pulanglah dulu. Aku akan disini menemani Gina. Kalian pasti lelah sejak kemarin disini. Kalian harus beristirahat! ”
Yudha telah kembali ke pembawaannya yang tenang dan dengan sopan juga lembut dia meminta yang lainnya pulang dan beristirahat
” Biar ibu yang disini menunggu Gina, kamu pulanglah dulu, istirahatlah meskipun hanya sebentar. Kamu terlihat sangat lelah sekali ”
Gadis dengan lembut dan senyum berbicara kepada menantunya
” Tidak bu. Aku tidak akan meninggalkannya. Aku akan menemaninya hingga dia siuman ”
Yudha berkata sambil menatap Gina yang terbaring tak berdaya
” Baiklah kami akan pergi. dan besok kami akan kembali lagi kesini. Aku akan meminta Hendri membawakan baju ganti dan makanan untukmu ”
Kata kakek Wijaya sebelum beranjak pergi
” Kami pergi dulu, kamu jagalah kesehatanmu. Jangan terlalu lelah. Gina tidak akan senang jika melihatmu sakit saat dia siuman nanti! ”
Kakek Dirga berkata sambil menepuk pundak Yudha
” Iya kek!
Kakek tenang saja ”
Yudha tersenyum dan menganggukkan kepala.
Dalam perjalanan meninggalkan rumah sakit, kakek Dirga, kakek Wijaya, nenek Julia dan Gadis melihat ada 2 pasien yang sepertinya korban kecelakaan dibawa dengan tergesa - gesa menuju ruang ICU. Saat mereka melewatinya, dilihatnya sang pasien adalah orang yang mereka kenal, Siska dan Riska. Ibu dan anak itu penuh dengan lumuran darah dan tak sadarkan diri.
” Suster sebentar, mereka kenapa? ”
Tanya Dirga kepada seorang suster
” Mereka korban kecelakaan mobil pak! ”
Sang suster menjawab dengan sopan sebelum pergi mengejar suster lain yang mendorong bangkar pasien keruang ICU
” Huh, mereka memang pantas mendapatkannya ”
Gadis mencibir dengan senyum sinis diwajahnya
” Sudahlah, ayo kita pergi dari sini! ”
Sang ayah mengajak semuanya pergi dari rumah sakit
Sementara diruangan Gina. Yudha terus duduk disebelahnya dengan menggenggam sebelah tangan Gina, dan di tempelkan di wajahnya
” Sayang kumohon sadarlah. Kamu bilang kita akan hidup bahagia selamanya?
Kenapa kamu membiarkan aku bersedih melihatmu?