Chapter 87 Insiden yang memilukan (2/2)

Istri Manja Tuan Kusuma Eli 21730K 2022-07-20

Pelayan itu terus berteriak meminta tolong. Sayangnya suasana didalam begitu ramai dan riuh para tamu yang saling berbincang. Yudha dan yang lainnya sedang menjamu tamu yang hadir. Hingga seorang pelayan berlari dengan nafas terengah - engah ke arahnya.

” Tuan tolong... tolong nyonya muda tuan ”

seketika Yudha terkejut dan membelalakkan mata..

” Katakan dengan benar, ada apa dengan istriku? ”

Yudha mulai panik mendengarnya

” Itu tuan,,, nyonya muda. Nyonya muda terjatuh dan terluka. Dia tidak sadarkan diri ”

Duaaarrr...

bagaikan ada petir yang menyambarnya.

” Dimana dia? ”

Tanya Yudha mulai panik

” Ditaman tuan ”

Jawab pelayan itu. Yudha langsung berlari sekencang - kencangnya menuju tempat istrinya berada. Diikuti semua tamu dan juga keluarga Gina

Dilihatnya istrinya yang paling dia sayangi tergeletak di rumput taman dekat jalan setapak dengan linangan darah disekitar kepalanya.

Seketika tubuhnya lemas. Detak jantungnya berdetak tidak menetu. Dia berlutut lalu mengangkat Gina kepelukannya

” Bangun sayang, bangun. Kamu tidak boleh meninggalkan ku sendiri. Kamu hatus bangun dan mulai kebahagiaan kita bersama. Bangun Gina, bangun!”

Yudha berteriak, menggoyangkan tubuh Gina agar tersadar. Gina berusaha membuka mata dengan sedikit kesadarannya yang masih tersisa

” Yudha,,,, aku,,, mencintaimu ”

Ginapun kehilangan semua kesadarannya setelah mengatakan itu. Yudha menggendong Gina dan berlari menuju mobil untuk membawanya kerumah sakit.

” Siapkan mobil, cepat!! ”

Yudha yang panik berteriak kepada Hendri. Hendri dengan sigap berlari menuju mobil dan membukakan pintu untuk atasannya

” Cepatlah Hendri! ”

Yudha berteriak dalam kepanikannya

” Iya tuan, ini kita sudah cepat ”

Hendri pun ikut panik melihat keadaan nyonya mudanya.

” Bertahanlah kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa kehilangan kamu. Aku tidak ingin merasakan phitnya kehilangan lagi. Ku mohon bertahanlah ”

Yudha terus mendekap Gina dalam pelukannya. dengan air mata yang terus mengalir di matanya, membasahi wajah tampan yang biasanya dingin tanpa ekspresi. Kali ini wajah tampan itu penuh kepiluan, kegetiran, kekhawatiran dan kepanikan.