Chapter 48 Makan Malam (Part 1) (1/2)

Setelah bisa menguasai segenap hati dan emosi, Daniah bergegas menyusul keluar ruangan. Mensejajari langkah Saga yang besar, dia berjalan tepat di belakang suaminya. Brug! tubuhnya menempel di punggung Saga.

“ Lihatkan, kamu cari-cari kesempatan menciumku lagi.”

Saga membalikan badan, menyeringai. Sambil mencubit hidung Daniah.

Siapa yang mau menciummu! Kenapa juga berhenti mendadak begitu.Tuan apa perlu kita periksa ke dokter kejiwaan, sepertinya anda mengidap penyakit narsis yang akut. bahkan mungkin seluruh tubuhmu sudah dipenuhi dengan kenarsisan yang hakiki.

“ Saya sedang melamun tadi dan anda berhenti mendadak.”

“ Banyak sekali alasanmu.”

Aku sedang tidak membuat alasan, dan aku juga tidak mau menciummu!

Saga melanjutkan langkahnya menuruni tangga, terhenti lagi langkahnya,

untung saja Daniah menyadari, jadi dia juga berhenti. Daniah mengintip dari

balik punggung Saga. Eh, bukankah itu Helena.

“ Selamat malam Saga.” Helena sedang meletakan sendok di

meja makan. Ibu di sampingnya menyentuh tangannya.

“ Ibu yang mengundang Helen ke rumah, gak papakan?”

“ Bawakan buah ke ruang kerjaku.” Pak Mun yang berdiri

menggangukan kepala. Lalu dia memberikan instruksi kepada koki kemudian

menyusul Saga ke ruang kerja.

” Lakukan saja yang ibu inginkan.” Tanpa memandang Helena di samping ibunya, dia melangkah meninggalkan kesunyian. semua terdiam, hanya terdengar langkah kaki pak Mun menyusul masuk ke ruang kerja.

Daniah duduk di kursi di dapur, mengambil sekotak stroberi

dari kulkas lalu memakannya. Sambil melihat koki sedang mengupas buah dengan

hati-hati.

“ Maaf ya bu, aku memaksa ibu untuk mengundangku?” Helena terduduk di kursi, ada kepingan hatinya yang terbuka. Dia kecewa bercampur sedih. setelah pulang ketanah air dia tidak pernah membayangkan akan seperti ini reaksi yang ia dapat dari Saga.

“ Tidak, sudah seharusnya kamu datang. Helen, ayo lakukan semua cara yang kamu bisa untuk kembali pada Saga.” ibu mencoba menguatkan, dia ingin mempunyai menantu seperti Helena. wanita yang bisa ia banggakan saat perkumpulan para sosialita.

Helena melirik Daniah di kursi dapur, dia tersenyum saat

mereka bersitatap. Dan mungkin karena kadar tidak tahu malunya atau kepercayaan

dirinya sangat tinggi dia mendekati Daniah.

“ Daniah maaf ya membuatmu sangat tidak nyaman pasti ya, aku

sangat akrab dengan ibu, jadi dia memaksaku datang untuk makan malam di sini.”

“ Hehe, tidak apa-apa nona.”

“ Kenapa kamu masih canggung begitu, panggil saja aku Helen.

Bolehkah kita berteman?” Helena mengulurkan tangannya.

“ Tentu saja nona.” Daniah menerima uluran tangan itu, ya

inilah tujuannya, menjadi teman Helena.

Pak Mun sudah muncul, Daniah sudah mengambil nampan berisi

buah yang diminta Saga tadi. bersiap membawakan ke ruang kerja. namun langkahnya terhenti saat melihat Pak Mun yang sepertinya merasa tidak enak.

“ Nona Helena, tuan muda meminta anda membawakan buah ke ruangan kerja.” Dia menatap  Daniah seperti permintaan maaf, gadis itu menjawab dengan senyuman seperti biasanya.

Ntah kenapa aku kok merasa sedih ya. Padahal harusnya akukan

senang.

Daniah menyerahkan nampan yang ia pegang pada wanita di

depannya, yang tersenyum sangat senang menerimanya. Ia seperti menang.

“ Maaf ya Daniah.”

“ Tidak apa-apa nona silahkan.”

Daniah menatap setiap langkah kaki Helena dengan dada yang

berkecamuk.